Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Kemenangan Bersejarah Chiellini Melawan Saka

Diperbarui: 12 Juli 2021   18:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Giorgio Chiellini dan Bukayo Saka di final EURO 2020. (photo/REUTERS/LAURENCE GRIFFITHS) Sumber: Indozone

Hidup itu indah, hidup itu kejam! Itulah jendela bagi yang menang dan yang kalah!

Dan remaja 19 tahun pemilik nama indah, Bukayo Ayoyinka Saka, turun di menit ke-71 menggantikan Kieran Trippier, dengan harapan menaikkan kecepatan tim Inggris yang hampir stagnan di jepit gurita lingkaran tengah Italia.

Saka memiliki 'dribbling' yang menari dengan langkah lebar,  bergaya 'Nigerian Sway' yang sulit di kendalikan, bahkan di sempitnya ruang antara 'sideline' dan tubuh langsingnya di posisi sayap kanan.

Di ujung akhir permainan di menit ke-96, Saka di kedalaman kanannya yang sendiri, bergerak melesat melewati bek pusat gaek Giorgio Chiellini. Tidak ada toleransi di detik krusial, dengan tangannya yang tertinggal kapten Italia itu meraih kerah kaos 'winger' Arsenal hingga merentang panjang, seperti menenteng kucing yang tersedak, dan membanting remaja itu keras terlentang ke tanah. 

Chiellini mengeluarkan seringainya yang khas, sementara belia yang terbanting itu hanya memperlihatkan paras polosnya. Wasit miliuner Belanda yang baik hati Bjorn Kuipers, menarik kartu kuning di dalam gemuruh angin fans Wembley yang marah untuk merah.

"Saka dikatar seperti anak" Zlatan berkata.

"Seseorang harus memberi tahu Chiellini Saka baru berusia 19 tahun" Tuchel berkata.

Lalu spektrum penuh emosi pun berandai-andai menyeruak. Dengan skor imbang 1-1 dan menuju perpanjangan waktu, Saka bisa saja berlari ke gawang untuk menciptakan satu peluang 'mortal'  bagi Inggris.

Mungkin ini kemenangan Italia, yang telah didetakkan Giorgio, sang kapten pejuang panjang bersama anak buahnya bukan untuk memenangkan pertarungan melainkan untuk memenangkan peperangan. Menyapu dengan mengambil sapu kotor dan melipatnya ke dalam kemenangan hanyalah 'cameo' di atas panggung sepakbola lelaki dalam planet kebesaran Italia.

Pertandingan final akan luber oleh intrik dan provokasi, yang menyendatkan hati yang kalah, sedang pemegang kemenangan adalah kedigjayaan semata. 'Fair play' menjadi 'the things with feathers', sesuatu yang bersayap.

Sepakbola memberi pelajaran berharga untuk yang lebih tinggi dari kemenangan semata. Jendral lapangan akan tercatat sebagai kemuliaannya yang tidak linier dengan kekalahan dan kemenangan, dia berhubungan dengan sepakbola itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline