Lihat ke Halaman Asli

Bameswara

Nativus

Khawatir Bangsa Pecah Sebab Kurang Dewasa

Diperbarui: 12 Mei 2020   04:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi by Florian Olivo on Unsplash

Setidaknya saat ini bangsa Indonesia masih memiliki rasa kebihnekaan yang kuat, terlihat dari kesadaran kegotong-royongan saat menghadapi suatu bencana. Gotong-royong itu sendiri merupakan karakter bangsa yang tidak akan pernah bisa dipisahkan dari Rakyat Indonesia, bahkan bangsa Indonesia saat mampu untuk bergotong-royong akan semakin kuat.

Rasa kegotong-royongan itu masih tertanam di masyarakat, saat dimana mengetahui saudara sebangsanya mengalami musibah atau tertimpa bencana. Pasti bantuan akan mengalir dari berbagai penjuru wilayah dari sabang sampai marauke. Tujuannya untuk meringankan beban saudara-saudaranya sedang mengalami musibah akibat bencana.

Akan tetapi keindahan kegotong-royongan bangsa Indonesia, mengalami hambatan saat dihadapkan dengan isu-isu yang sengaja dibuat untuk mengadu domba. Sebagai gambarannya saat Rakyat Indonesia dihadapkan dengan isu-isu politik pasti berbeda dalam bersikap, pandangan rasa kegotong-royonga tersebut menjadi terkikis. Padahal kita semua menyadari bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi, akan tetapi terkadang masyarakat Indonesia kurang dewasa dalam memahami arti demokrasi kita sendiri yaitu demokrasi pancasila, sehingga rasa kurang dewasa itu terjadilah perbedaan pandangan yang bahkan akan dapat menimbulkan perpecahan.

Bukankah perbedaan pandangan dalam suatu demokrasi itu sesuatu yang lazim terjadi, mengapa sikap ketidak dewasaan dalam menyikapi perbedaan itu masih menjadi sesuatu yang perlu menjadi catatan. Demokrasi Indonesia sendiri merupakan demokrasi pancasila itu artinya demokrasi bangsa Indonesia itu harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, 'Bhineka Tunggal Ika' Berbeda-beda akan tetapi tetap satu jua.

Dan apabila tejadi sikap yang tidak dewasa dalam menyikapi perbedaan itu maka ada yang salah dari masyarakat Indonesia dalam berdemokrasi pancasila, dan seandainya sesuatu kesenjangan demokrasi tersebut dibiarkan terus tumbuh dalam masyarakat Indonesia bukan tidak mungkin perpecahan antara saudara sebangsa dan setanah air akan pecah.

Kita mengambil contoh gesekan-gesekan yang terjadi di masyarakat karena ketidak dewasaan dalam mengaplikasikan demokrasi pancasila, misalnya saat terjadinya pemilihan umum baik dari tingkat atas maupun tingkat bawah pasti mengalami gesekan-gesekan di masyarakat, pernah dalam suatu peristiwa kecil ini dalam tingkatan masyarakat yang lebih kecil sekalanya yakni pemilihan kepala desa itu masih didapati konflik-konflik yang seharusnya tidak terjadi pada masyarakat Indonesia yang beradab.

Dari situ kita berpikir, jika dari sekala yang kecil saja masih terdapat sesuatu konflik-konflik yang dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat, bagaimana jika sekalanya lebih besar mungkin bisa menjadi perang saudara. Sungguh tidak bisa dibayangkan seandainya hal tersebut sampai terjadi pada Rakyat Indonesia, dan semoga kita berharap sesuatu yang demikian tidak akan pernah terjadi di bumi merah putih.

Kejadian yang lebih memprihatinkan lagi yaitu apabila saat adanya konflik tidak ada yang berani memisahkan atau meredam konflik tersebut, dan memang resikonya yang menjadi aneh yaitu mengapa seseorang yang ingin meredam atau memisahkan suatu konflik malah dianggap ikut campur dalam sebuah konflik tersebut, hal demikian sungguh miris apabila terus dibiarkan mengakar di dalam masyarakat Indonesia.

Untuk itu perlu menjadi catatan khusus kepada siapapun yang terlibat dalam suatu ajang demokrasi, harus mengedepankan nilai-nilai pancasila, nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Sebab kelemahan ini apabila dilihat oleh orang-orang yang ingin menghancurkan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesi bisa menjadi sesuatu senjata yang dapat menyengsarakan bangsa Indonesia, melalu perpecahan yang ditimbulkan oleh ketidak dewasaan dalam menyikapi demokrasi pancasila.

Para elit-elit politik juga harus menjadi contoh yang baik dalam mempererat kesatuan dan persatuan bangsa, sebab semua elemen bangsa sejatinya satu misi yaitu menginginkan suatu kemajuan yang dapat mensejaterahkan Indonesia. Apabila ada kelainan pendapat maka dimusyawarahkan dengan kepala dingin jangan sampai sesuatu contoh yang tidak baik ditiru oleh generasi-generasi bangsa Indonesia karena akan menjadi budaya yang kurang baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline