Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pohon Terakhir pun Tumbang

Diperbarui: 18 April 2022   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi  -  Besubroto

Malam kemarin, pohon itu masih gagah berdiri. Bersama yang lain mereka mereguk kebebasan, menghutan di kota semi metropolitan.

Di siang, mereka memayungi. Saat malam tiba, merdu derit dahannya merdu seperti orkestra.

Terbayangkan, bahwa proses menuju kematian sangatlah senyap. Tahu-tahu pagi hari berikutnya, pohon-pohon bertumbangan dalam sekejap.

Kematian pohon, bukanlah tiba-tiba. Melalui rapat berdarah-darah. Lalu berujung dengan pemungutan suara. Demokrasi ternyata masih mungkin direkayasa.

Pohon demi pohon akhirnya tumbang. Dunia lalu diklaim semakin terang. Kemudian dikuti dengan panas menyengat. Walau terlambat, ada pula yang menyesal kenapa kok berbuat.

Kemarin, bisa jadi kita masih ditemani keangkuhan. Atau mungkin kerakusan. Atau jangan-jangan kedengkian. Trio penyakit hati itu piawai bekerja dalam senyap.

Pada hakikatnya, kita dilahirkan bukan untuk kepentingan diri sendiri saja. "Non nobis solum nati sumus". Begitulah kira-kira.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline