Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Bangkit Tak Sekadar Bangun

Diperbarui: 20 Mei 2021   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hasrat untuk berani memulai usaha apa saja, bisa disebut kebangkitan. Walau makna ini masih multi tafsir. Tetapi kalau niatnya akan berubah, diganti dengan istilah apa saja ya tetap menggugah : " menggelorakan, mengubah, memperbaiki, memajukan, mendamaikan, memakmurkan, membahagiakan". Bisa pula diringkas menjadi motto : "Kuat karena bersatu, bersatu karena kuat".

Agar mampu bangkit tangguh, diperlukan momentum. Walau berubah itu sakit, tapi kalau tidak mau berubah malah akan lebih sakit lagi.

Mungkin itu pula yang dirasakan oleh Dokter Raden Sutomo, ketika ikut membidani pendirian Boedi Oetomo  20 Mei 1908, 113 tahun yang lalu.

Dokter kelahiran Ngepeh Nganjuk Jawa Timur ini memang istimewa. Saat ini beliau dikenang sebagai patriot nasionalis, tokoh pergerakan politik, berjiwa pemimpin, dan dokter sosiawan. Pak Tom  tidak menetapkan tarif untuk si sakit. Jiwa kemanusiaannya selalu menyala bangkit.

Tanggal 30 Mei 1938  beliau wafat. Jenasahnya dikebumikan di belakang Gedung Nasional, jalan Bubutan Surabaya. Pengantarnya konon mengular melimpah ruah.

Boedi Oetomo dikenal sebagai organisasi perhimpunan nasional Indonesia yang  pertama-tama tersusun secara modern.

Hikmah yang bisa kita petik dari Kebangkitan Nasional hari ini adalah : "Berani memulai merupakan warisan perjuangan hidup  yang menyemangati dari generasi ke generasi".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline