Lihat ke Halaman Asli

Bambang Iman Santoso

CEO Neuronesia Learning Center

Ketangguhan Mental untuk Sukses Sejati

Diperbarui: 16 April 2020   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Neuronesia

Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community

Jakarta, 12 April 2020. Di zaman now sekarang ini diperlukan mental yang tangguh, menghadapi segala perubahan situasi dan kondisi yang semakin cepat. Bukan lagi hanya sekedar konsep teori. Perubahan memang benar-benar terus terjadi. 

Semakin bergejolak, penuh ketidakpastian, sangat rumit, dan membingungkan, serta menimbulkan keberagaman yang semakin bervariasi. Menjadi tantangan tersendiri bagi generasi milenial yang sekarang pada umumnya masuk ke jajaran middle dan top level management.

Dari generasi ke generasi manusia semakin cerdas. Dalam meniti karir khususnya di bidang manajemen dan bisnis, semakin banyak dari mereka yang lebih berorientasi kepada nilai dibanding sekedar mengejar keuntungan belaka. 

Kesetiakawanan mereka cukup tinggi. Kemanusiaan menjadi hal prioritas dan perhatian mereka. Lebih suka berkolaborasi daripada berkompetisi. Menuntut mereka untuk meningkatkan kapasitas berpikir dan kapasitas mental. Kata 'mental pemenang' digantikan dengan 'mental pejuang'. 

Bagi mereka pahlawan akan dikenang jasanya setelah tiada. Berihktiar dan berjuang seumur hidup untuk semakin hari mejadi lebih baik. Terus meningkatkan kualitas hidup. Hari ini lebih baik dari kemarin, hari esok lebih baik dari sekarang. Continuous improvement tepatnya.

Kata pemenang hanya berlaku pada permainan dan pertandingan olahraga. Kompetisi yang tidak sesungguhnya. Fokuskan sebagai sarana melatih untuk menumbuhkan dan meningkatkan jiwa sportivitas seseorang yang fair enough. 

Di dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam berusaha dan berbisnis mereka tidak seperti itu. Bila ada pemenang artinya ada yang kalah. Faktanya lebih banyak yang kalah dibanding yang menang. Sekarang dihindarkan juga di dunia pendidikan. Tidak lagi menerapkan sistem ranking. 

Kompetisi atau persaingan memang lebih bernuansa negatif, meng-generate enzim neurotransmitter kortisol di kepala secara berlebih, yang berdampak negatif. Jadi sepakat ya kita tidak menggunakan istilah ini dulu.

Meningkatkan kapasitas mental pada esensinya meningkatkan level of thinking. Dalam perspektif fungsi kerja otak, kita tidak mau terjebak oleh operasional sistem limbik dan survival brain yang hanya memikirkan menang dan kalah. 

Tingkatan dalam berpikir yang lebih tinggi adalah berkesinambungan untuk terus menyempurnakan cara berpikir kita. Thinking about thinking. Untuk memiliki mental pejuang atau mental pahlawan kita harus senantiasa berpikir seluas alam semesta dan memiliki hati seluas samudera. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline