Lihat ke Halaman Asli

APOLLO_ apollo

Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Teknologi Mengalienasikan Manusia: Heidegger, Bell, Fukuyama

Diperbarui: 24 Mei 2019   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Teknologi Mengalienasi Manusia: Heidegger, Bell,  Fukuyama.

Mahasiswa diminta membuat gagasan singkat berbentuk tulisan dengan meminjam pemikiran Daniel Bell (1960); Martin Heidegger; dan Francis Fukuyama. Tulisan ini adalah bahan kuliah saya dengan tema tentang [Teori Aliensi, dan IT] basis dasar adalah pemikiran Daniel Bell (1960); Martin Heidegger; dan Francis Fukuyama. 

Saya ambil contoh bahwa semua hal pekerjaaan yang bersifat 'mengulangi atau berulang-ulang [repetisi], akan diambil alih oleh teknologi melalui apa yang disebut kecerdasan buatan atau teknologi, seperti ATM, e-toll Card, mobil pintar, rumah pintar, dan seterusnya. Artinya teknologi bersifat mengalienasikan manusia. Yang jauh menjadi dekat tak berjarak, yang dilakukan dengan proses, sekarang jalan tanpa proses, dan seterusnya.

Hasil riset saya dengan di FEB kampus menunjukkan tipe dari 100 pekerjaan ; maka 88 pekerjaan [repetisi] akan diambil alih oleh teknologi melalui oto pilot. Manusia masa depan adalah manusia yang dibunuh atau teralienasi atau keterasingan manusia oleh teknologi. Dampaknya luar biasa pada pengangguran, dan pada lapangan pekerjaaan, konflik sosial, idiologi, dan runtuhnya peradaban manusia;

Dengan meminjam pemikiran tiga tokoh ini saya menjelaskan konsep keterasingan [Alienation] manusia pada apa yang disebut dalam gagasan berikut ini: Teknologi bersifat Alienation bahwa kita 'tidak dapat dihindari menemukan diri kita jatuh pada konsep alienasi' dalam kasus-kasus di mana   kondisi sosial yang tidak  melanggar prinsip keadilan.  

Pada saat yang sama, sejak kritik pasca-struktural dan pengakuan akan 'fakta pluralisme', pengenalan kembali konsep seperti alienasi membutuhkan setidaknya beberapa catatan penting. Karena sama tak terhindarkan kita   perlu mencari keselamatan dalam konsep alienasi, 

sehingga gagasan alienasi dihadapkan dengan pertanyaan tentang apa subjek sebenarnya terasing dari, dengan mudah membangkitkan gagasan esensialis manusia. Selain itu, kritik alienasi menunjukkan  kita secara objektif dapat mengidentifikasi kehidupan yang baik sebagai kehidupan yang otentik dan tidak teralienasi.

Pada  wawasan eksistensialis dan Marxis   yang teoretis dalam menerima    manusia terjerat dengan, dan dipengaruhi oleh, dunia sosial dan materi di sekitar kita. Ada kebutuhan untuk merekonstruksi konsep alienasi,  dengan menunjukkan bagaimana ide-ide alienasi selalu mengandaikan bahwa ada sesuatu yang pada dasarnya "milik sendiri" dari mana kita dapat terasing.  

Ini khususnya terbukti dalam gagasan Marx tentang makhluk-makhluk dengan 'kekuatan manusia esensial' yang (idealnya) dieksternalisasi dan diobyektifikasi melalui aktivitas kerja.   Althusser mengkritik terhadap esensialisme telah menjadi bagian dari "akal sehat" filosofis.  

Rekonstruksi  konsep alienasi diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari perspektif teori liberal, yaitu 'apakah ada bukti objektif patologi yang bertentangan dengan penilaian atau preferensi subyektif individu'.

Dengan memahami keterasingan sebagai kekurangan dalam kemauan seseorang, masalah keterasingan pada dasarnya menjadi masalah kebebasan. Meskipun fokus pada kemauan ini dapat muncul sebagai masalah dalam melaksanakan otonomi tetapi kita tidak boleh mengacaukan keterasingan dengan heteronomi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline