Lihat ke Halaman Asli

APOLLO_ apollo

Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Reinterprestasi Hermeneutika Ricoeur Bidang Auditing

Diperbarui: 15 Februari 2018   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya telah melakukan penelitian pada teori hermeneutika, semiotika dalam bidang auditing sejak tahun 2004- 2018 ini. Salah satu penelitian saya adalah transliterasi Hermenutika Paul Ricoeur. Berikut ini adalah ringkasan hasil penelitian tersebut yang saya sajikan dalam artikel ini.

Pertama, ada dua bentuk diskursus, yakni lisan dan tertulis. Teks laporan keuangan dihidupkan melalui berbagai pembicaraan untuk mendapatkan bukti audit. Membaca dan menceritakan kembali adalah cara-cara untuk menghidupkan kembali sebuah teks laporan keuangan. Jika mengatakan teks laporan keuangan adalah sebuah aktivitas bisnis, maka sebenarnya sama saja dengan mengatakan sebuah teks laporan keuangan adalah satu totalitas yang tidak dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat yang membentuknya. 

Artinya Standar audit tidak mampu mengembalikan orginalitas awal proses penyusunan laporan keuangan perusahaan. Karena  teks laporan keuangan sebenarnya berbicara tentang dunia, bukan tentang lingkungan sekitar auditee atau siklus bisnis klien. Maksudnya: setiap auditor mesti membiarkan dirinya untuk dibawa oleh teks ke depan. Dunia diproyeksikan dan prediksi dalam teks laporan keuangan.  Memahami teks laporan keuangan ada di depan teks, bukan di balik teks. Makna teks laporan keuangan bukanlah sesuatu yang tersembunyi, tetapi sesuatu yang terbuka, terungkap. 

Pemahaman teks tidak banyak dipengaruhi oleh klien dan situasinya. Pemahaman berarti usaha mencari dan mendalami arti dunia sebagaimana terungkap dalam teks laporan keuangan dengan segala dimensi yang mengikutinya. Dengan kata lain, memahami sebuah teks berarti mengikuti gerak dari arti kepada referensi.  Pada posisi ini maka Hermeneutika merupakan suatu teori aturan-aturan penafsiran terhadap suatu laporan keuangan sebagai tanda, simbol, bahasa isyarat, percakapan (ucapan), atau suara, mengatasi jarak budaya dan keterasingan sejarah. 

Audit adalah proses interpretasi untuk 'menyatukan', 'menyamakan', menjadikan sewaktu,  mengaktualisasikan makna teks untuk pemakai laporan keuangan menjadi kekinian. Audit harus memperhatikan antara hubungan, paradoks, atau  kontradiksi  dengan kata-kata yang tertulis pada  teks laporan keuangan sebagai ganti kata-kata atau wawancara diucapkan selama proses audit.

Kedua,  teks laporan keuangan adalah tanda, simbol, dan teks. Jika auditor ingin melakukan pemahaman, maka prasyaratnya membutuhkan perantara atau mediasi. Tidak ada pemahaman  tanpa mediasi melalui tanda, symbol, teks, waku, dan kuantitas. Maka mediasi ini disebut sebagai teks laporan keuangan, dan seluruh bukti audit yang mendukung pelaksanaan audit. Kata-kata dalam teks laporan keuangan mempunyai pluralitas makna seperti dalam kategori Cartesian,  Hegelian, 12 Kategori Kant, dan 10 Katergori Aristotle, atau  Platon pada TheDivided Line  (The Republic, Book VI). Jadi memahami laporan keuangan adalah membuka diri terhadap seluruh kategori ini.

Ketiga, Transformasi 4 kategori Hermeneutika Ricoeur pada bidang audit.

Melalui Reinterprestasi Struktur Mencari Objektivitas. Jika laporan keuangan adalah geraknya dari pikiran ke tulisan, maka bentuk audit adalah sebaliknya dari tulisan ke pikiran. Atau reinterprestasi adalah semacam lingkaran hermenutika. Pada posisi ini teks laporan keuangan bersifat otonom, bisa disanggah, atau disetujui tanpa melihat proses penyusunan laporan keuangan.  Laporan keuangan disusun melalui asumsi-asumsi dasar dan aturan menulis melalui Standar Akuntansi kemudian menentukan klasifikasi penyajiannya. 

Maka auditor dapat melakukan reinterprestasi kembali dengan pedoman Standar Audit. Menurut pemahaman teori hermeneutika, dan semiotika dan penelitian yang sudah saya lakukan bahwa Standar Audit tidak memadai, karena itu diperlukan pendekatan lain yang dapat melampaui dan disesuaikan dengan kebutuhan. Proses ini dapat menciptakan jarak  terhadap teks atau karya diskursus untuk sampai kepada sebuah interpretasi diharapkan dianggap memadai.  

Karena Standar Audit tidak memadai, dapat dipakai analisis struktur dengan menggunakan teori lain misalnya pendekatan "Functional Imperatives for Social Systems" atau analisis struktural fungsional Talcott Parsons (1902-1979).  Ada empat fungsi untuk semua sistem tindakan dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional disingkat AGIL (adaptation, goal attainment, integration, latency).  Model ini dapat dipakai untuk menentukan apakah audit itu melihat menggunakan pendekatan fungsional, atau struktural. Dan masih banyak metode lain yang memungkinkan model bisa menggunakan pendekatan posmodernisme.

Distansiasi Melalui Tulisan. Dengan ditulisnya teks laporan keuangan (bersifat Diakronik dan Sinkronik), maka wacana menjadi teks laporan keuangan tidak lagi berubah atau direvisi. Teks  laporan keuangan yang siap di audit adalah  tidak ada lagi koreksi, atau tambahan laporan lain signifikan bila  pada saat proses audit atau perikatan sudah dilakukan.  Selanjutnya untuk memahami teks laporan keuangan, auditor harus mampu mengambil jarak atau distansiasi supaya dapat terhindar kehilangan dalam waktu. Auditor harus ada jarak atau mengambil jarak  agar tidak terjadi distorsi makna. Dengan distingsi jarak akan menciptakan kreativitas interprestasi lebih luas, lebih dalam, bervariasi, dan dapat memahami "melampaui" literasi awal penyusun laporan keuangan.  Pada standar audit sering disebut sebagai sikap mental independen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline