Lihat ke Halaman Asli

Mau Tahun Baru, Harga Sembako Naik? Ini Menurut Ilmu Ekonomi dan Matematika

Diperbarui: 28 Desember 2022   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kuliner sostel (sosis telur) sempat populer di tahun 2022 ini, dan mungkin akan menjadi sajian menu rumahan pada tahun baru. Bukan hanya olahan telur, masakan pedas seperti ayam geprek dan aneka sambal juga tak dapat terelakkan. Tak hanya dengan membeli, banyak dari kita penasaran untuk mencoba masak sendiri. Namun kita harus menghadapi skenario kenaikan harga bahan pokok menjelang tahun baru 2023. 

Daftar bahan pokok yang mengalami kenaikan harga pada Desember ini diantaranya cabai, bawang merah, telur, hingga beras. Ada yang bertanya-tanya kenapa ini bisa terjadi? Sebenarnya, fenomena ini bisa dijelaskan dengan gambaran umum dari konsep ekonomi dan beberapa formula matematika.

Konsep Ekonomi dan Formula Matematika yang Berlaku

Menjelang akhir tahun ialah musim liburan dan waktu ini juga sebagian besar merayakan Natal. Tak dapat dipungkiri orang-orang cenderung membeli lebih banyak makanan dan minuman untuk merayakan hari-hari besar. Secara umum berlaku hukum permintaan dan penawaran. 

Mari kita lihat salah satu bahan pokok, yaitu cabai. Dilansir dari finance.detik.com diakui terjadi penurunan hasil panen sebagai dampak dari cuaca buruk. Ini menyebabkan kelangkaan suatu jenis bahan makanan. Harga tetap naik karena melihat permintaan meningkat meskipun pasokan dari panen terbatas.

Fakta lain yang terjadi ialah pedagang besar benar-benar mendapat pasokan yang sedikit dari petani. Dilansir dari finance.detik.com tidak sedikit petani tidak ke ladang karena ikut merayakan Nataru. Sehingga, sejumlah pedagang besar perlu menyewa petani dari luar daerah untuk mengamankan stok.

Meningkatnya beban harga operasional juga dialami oleh peternak telur. Dilansir dari finance.detik.com harga jagung untuk pakan ayam mengalami kenaikan. Tak hanya itu, dikutip dari tirto.id petani harus merogoh kocek lebih untuk ongkos distribusi karena imbas penyesuaian harga BBM.

Dalam menetapkan harga sembako, pedagang menggunakan formula Harga Pokok Penjualan (HPP) dan Harga Jual Optimal (HJO). HPP dan HJO sendiri memiliki formula sebagai berikut

HPP = (Jumlah bahan baku x Harga bahan baku) + (Jumlah tenaga kerja langsung x Gaji tenaga kerja langsung) + Biaya-biaya lain.

HJO = HPP + (Margin keuntungan (%) x HPP)

Terlihat bahwa ongkos produksi panen sebanding dengan HPP. Dalam kejadian ini, baik pedagang cabai maupun peternak telur perlu mengeluarkan ongkos operasional yang lebih banyak. Ini karena petani yang disewa juga difasilitasi dengan biaya makan dan inap. Tidak berhenti pada HPP, petani/peternak maupun pedagang perlu mendapatkan HJO dengan persentase margin keuntungan yang cukup agar bisa dilakukan perputaran uang kembali.

Kenaikan harga sembako di akhir tahun merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dan seringkali terjadi. Perlu diingat bahwa harga sembako juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kondisi cuaca yang tidak baik, biaya produksi yang tinggi, kebijakan pemerintah.

.   .   .  .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline