Lihat ke Halaman Asli

Bagas Kurniawan

TERVERIFIKASI

Biotechnologist and Food Technologist

Harimau Bali, Suara yang Telah Hilang

Diperbarui: 7 September 2025   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Harimau | Sumber gambar: Mughda Agrawal/unsplash

Kisah Harimau Bali (Panthera tigris balica) adalah salah satu tragedi paling pahit dalam sejarah keanekaragaman hayati Indonesia. 

Hewan megah yang dulu pernah menjelajahi hutan-hutan di Pulau Dewata ini resmi dinyatakan punah pada abad ke-20. Kehilangannya adalah luka ekologis sekaligus peringatan agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama terhadap satwa lain yang masih bertahan.

Harimau Bali merupakan salah satu dari sembilan subspesies harimau di dunia. Ukurannya paling kecil dibandingkan kerabatnya, seperti Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) atau Harimau Siberia (Panthera tigris altaica). Subspesies ini hanya hidup di Pulau Bali dan tidak ditemukan di tempat lain (Seidensticker, 1987).

Populasi Harimau Bali mulai merosot drastis pada awal abad ke-20 akibat perburuan intensif. Pertumbuhan penduduk, pembukaan lahan untuk perkebunan kolonial, serta hilangnya habitat alami memperparah keadaan. Harimau terakhir yang terdokumentasi ditembak pada tahun 1937 di daerah Sumbar Kima, Bali Barat (Seidensticker, 1987; WWF, 2024). Setelah itu, tidak ada lagi bukti keberadaannya. Pada tahun 2008, International Union for Conservation of Nature (IUCN) secara resmi menyatakan Harimau Bali punah (Goodrich et al., 2015).

Karakteristik Harimau Bali

Meskipun sudah tiada, catatan ilmiah dan spesimen museum memberi kita gambaran tentang keunikan Harimau Bali.

  • Pertama, ukuran tubuhnya kecil. Jantan dewasa diperkirakan hanya memiliki berat 100–140 kg, sementara betina lebih kecil lagi, sekitar 65–80 kg (Kitchener & Yamaguchi, 2010). Jika dibandingkan, Harimau Sumatra memiliki berat 100–140 kg untuk betina dan bisa mencapai 140–170 kg untuk jantan.
  • Kedua, pola lorengnya khas. Loreng Harimau Bali lebih tipis, jarang, dan lebih gelap dibandingkan harimau Asia lainnya. Hal ini membuatnya tampak lebih “ringkas” dalam penampilan.
  • Ketiga, warna bulu bagian bawahnya relatif lebih pucat, dengan rambut perut yang pendek. Tidak ada “surai” panjang pada jantan sebagaimana terlihat pada Harimau Sumatra.
  • Keempat, karena endemik, Harimau Bali tidak pernah ditemukan di luar Pulau Bali. Habitat aslinya adalah hutan hujan tropis, hutan bakau, hingga padang rumput kering di wilayah barat pulau.

Dengan ciri khas tersebut, Harimau Bali adalah representasi unik adaptasi harimau di pulau kecil. Kehilangannya membuat dunia kehilangan potongan penting dari mosaik evolusi kucing besar.

Fakta Kepunahan Harimau Bali

Kisah punahnya Harimau Bali adalah kombinasi antara eksploitasi manusia dan kelalaian ekologi.

Harimau Bali terakhir ditembak di Sumbar Kima, Bali Barat pada 1937. Beberapa laporan menyebut masih ada individu yang bertahan setelah itu, namun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung. Selama periode kolonial Belanda, perburuan harimau menjadi “olahraga” kaum elite. Kulit dan tengkoraknya disimpan sebagai "trofi" (Boomgaard, 2001).

Sejak abad ke-20 awal, wilayah hutan Bali mulai beralih fungsi menjadi perkebunan kopi, cengkeh, dan tanaman komoditas lain. Hilangnya hutan mempersempit ruang gerak Harimau Bali, memperbesar konflik dengan manusia.

Tragisnya, tidak ada upaya konservasi modern yang sempat dilakukan. Berbeda dengan Harimau Sumatra yang masih mendapat perhatian hingga kini, Harimau Bali punah sebelum kesadaran konservasi muncul.

Dampak Ekologis dan Sosial

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline