Ketua Umum Gerindra, H. Prabowo Subianto kian gencar jadi perbincangan di ruang publik. Sosok Ketua Umum PB IPSI ini, dinilai mampu merajut berbagai elemen bangsa.
Karakternya yang dikenal nasionalis dan sosok pemersatu bangsa ini, dinilai mampu melakukan reformasi penegakan hukum secara adil tanpa pandang bulu kepada segenap warga negara.
Bahkan berbagai langkah dan komunikasi politik Prabowo dinilai banyak membuat 'lingkaran istana' kelimpungan dan panik. Ditambah dengan rekomendasi Ijtima Ulama II yang merekomendasikan Prabowo sebagai calon presiden pilihan ulama.
Meski merangkul salah satu ulama yang lekat dengan identitas ormas Nahdatul Ulama yakni Kiai Ma'ruf Amin. Kendati demikian, tidak sedikit yang menilai Joko Widodo dinilai gagal meyakinkan gelombang gerakan ulama. Sehingga mayoritas ulama tetap kukuh mengusung Prabowo Subianto.
Menilik kebelakang, langkah Joko Widodo untuk tetap didapuk dalam kepemimpinan nasional bukan tanpa beban. Pasalnya, masih banyak janji pilpres yang tidak kunjung dipenuhi meski sudah memasuki akhir periode jabatannya.
Diperparah dengan, kondisi ekonomi yang dinilai tidak menunjukkan pertumbuhan yang membaik. Serta berbagai kondisi penegakan hukum yang dianggap mengalami disintegritas.
Melihat berbagai perkembangan situasi politik hari ini, dugaan keinginan pergantian kepemimpinan nasional bukan tidak mungkin terjadi. Pasalnya, sosok Prabowo hampir pasti diterima oleh semua kalangan dan elemen bangsa.
Sosok Prabowo yang selama ini dikenal keras dan berbagai kampanye hitam lainnya perlahan meredup dan tidak terbukti.
Prabowo malah disebut bersahabat, humanis dan bisa diterima oleh semua kalngan. Terpenting, tokoh bangsa satu ini, dinilai selalu tampil apa adanya (tidak suka pencitraan).
Perhelatan demokrasi sebagai representasi kedaulatan rakyat di jalur politik yakni Pilpres 2019 tinggal menghitung bulan. Semoga kedua kandidat tetap mampu membangun gagasan kebangsaan dan visi pembangunan bangsa yang jauh lebih baik. Aminn YRA...