Lihat ke Halaman Asli

Semangat yang semakin luntur.

Diperbarui: 8 Mei 2023   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Waktu bergulir dengan cepat. Pagi yang baru datang, cahaya hangatnya seakan berubah cepat menjadi cahaya mendung di waktu sore, jam menjadi hari, hari berubah menjadi pekan dan pekan berganti menjadi bulan. Waktu terus berputar dan kehidupan akan selalu berjalan. Ketika kita bercermin kebelakang, melihat refleksi diri. Senyum merekah terlukis di wajah, wajahnya basah dengan air wudhu, yang karena air wudhu tersebut, muka seakan lebih bercahaya, lebih sejuk dipandang. Pada waktu itu, kita sibuk menghidupkan malam  di masjid, dengan dzikir, tilawah, sujud dan menangis. Pada waktu itu, kita membuat porsi tidur lebih sedikit ; walau menggantinya dengan tidur pagi. Pada waktu itu, kita terbangun diwaktu-waktu mustajab doa, berkumpul dengan keluarga, sedikit menguap sambil menyendokan nasi ke piring. Pada waktu itu, kita berusaha tepat waktu ke masjid, mengisi shaf-shaf yang paling depan, merasakan getaran iman yang begitu hebat. Pada waktu itu, kita dengan antusiasnya menunggu adzan diwaktu petang, sedikit-sedikit menoleh jam dinding, berharap waktu bergerak lebih cepat, dan ketika dilantunkan suara takbir oleh Muadzin, kita cepat mengambil kurma serta gorengan, tersenyum sambil menyelipkan kata Hamdalah. Dan pada waktu itu, setelah sholat Isya didirikan, kita tak beranjak dari tempat, mendengarkan nasehat dan cerita orang-orang sholeh terdahulu ; dengan mata berbinar, sebelum sholat Taraweh dimulai.

Kawan. Ketika bulan Ramadhan pergi beberapa hari yang lalu, sudah berapa banyak ibadah yang kau tanggalkan? sudah berapa banyak sholat yang kau tinggalkan? sudah berapa banyak maksiat yang kau lakukan? 

Setelah bulan suci itu, bulan yang dimana turunnya Al-Qur'an dan hadirnya lailatul qadr berlalu. Tidak adakah spirit yang tersisa? tidak adakah semangat yang terasa? ketika kemarin, engkau dengan semangatnya membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Ketika kemarin, engkau dengan rajinnya berkhalwat dimasjid bersama Dzat maha pengasih, maha melihat. Ketika kemarin, engkau sering menatap lantai,menjaga pandangan, menjaga lisan serta tak mendengarkan obrolan yang tak perlu. Ketika kemarin, engkau bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi lebih sering memberikan daripada menerima, tersenyum sambil mengatakan "ini ada sedikit rezeki untuk berbuka" padahal yang kau berikan di mata Allah tidak sedikit.

kawan, kemanakah sosok kita yang seperti itu?  sosok versi terbaik diri kita, sosok yang berani teriak dengan lantang "akulah sang pendosa" sehingga dengan segera berlari menuju Allah, berharap atas ampunan-ampunan-Nya.

Ayolah kawan, di pertengahan Syawal ini. kita perbaiki lagi hubungan dengan Rabb, kita tata lagi ibadah yang berantakan, kita tanggalkan pakaian kita yang berlumuran dosa dan alpha. sedikit demi sedikit, selangkah tapi pasti, kita kembali ke versi terbaik diri kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline