Lihat ke Halaman Asli

Zakat dan Kesalehan Sosial

Diperbarui: 1 Juli 2016   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berzakat adalah mengeluarkan sebagian dari harta kita apabila telah mencapai ukuran, dan hitungan tertentu yang telah ditentukan oleh agama. Ada dua macam zakat yang lazim yaitu zakat mal atau harta dan zakat fitrah (pribadi) yang dikeluarkan oleh setiap orang muslim pada saat memasuki  dan menjelang berakhirnya ramadhan. Banyaknya kadar harta yang  dikeluarkan zakatnya oleh seorang muslim bervariasi sesuai dengan harta yang dimilikinya. Selain dari dua macam zakat tersebut  ada zakat profesi yang menjadi kewajiban bagi seorang muslim mengeluarkannya. Zakat adalah salah satu cara seorang muslim mensucikan hartanya, karena pada setiap harta yang dimilikinya terdapat hak orang lain yaitu delapan golongan fakir, miskin, garim (orang yang terbelit hutang), fi sabilillah (orang yang berjuang dijalan Allah), riqab (budak belian), muallaf (orang baru masuk islam), amil (panitia penerima dan penebar zakat), dan ibnu sabil (orang dalam perjalanan).

Ritual Efek Zakat

Berzakat bukan hanya bertujuan untuk menunaikan perintah agama semata akan tetapi lebih dari itu merupakan bentuk dan sisi lain dari wajah agama yang berdimensi sosial. Dengan berzakat memberikan gambaran tentang agama dan pribadi pemeluknya bahwa ketaatan kepada Allah swt dapat diraih dengan berbagai macam cara dan mengimplementasikan ajaran agama. Melaksanakan kewajiban berzakat dengan tertib dan rutin akan memberikan kesan dan manfaat bagi agama islam, bahwa untuk menjadi seorang muslim yang sholeh tidak hanya diraih orang yang selalu melakukan ibadah di masjid dan musholla. Dalam islam, ada banyak dimensi ajaran yang memberikan ruang bagi pemeluknya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Islam mengajarkan bahwa semakin tinggi spiritualitas seseorang, maka akan semakin besar rasa simpati dan empatinya bagi sesamanya.

Kewajiban berzakat merupakan salah satu pilar bagi tegaknya agama islam selain syahadat, sholat, puasa, dan haji. Berzakat mengingatkan kepada manusia bahwa apa yang dimilikinya bukan semata-mata hasil dari usahanya sendiri akan tetapi ada orang lain yang terlibat. Berzakat menggambarkan kesejatian kita sebagai makhluk sosial. Berzakat menyadarkan kita bahwa manusia terdiri dari dua dimensi yaitu jasad dan ruh yang keduanya membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk merasakan kenikmatan dalam menjalani hidup. Berzakat menjadikan kita lebih indah dalam memaknai arti berbagi.

Zakat Mencegah Perilaku Mungkar

Kesalehan sosial yang diraih seorang muslim dapat menjadikan seseorang terhalang dalam melakukan penyimpangan-penyimpangan sosial misalnya korupsi, menipu, mencuri, mengumpat, menggunjing dan perbuatan-perbuatan akhlaq tercela lainnya. Berzakat mengarahkan kita untuk memaknai hubungan kemanusiaan yang bersifat lebih instrinsik metafisik. Ada saluran dan sinyal koneksi yang kuat dan positif secara rohaniyah antar manusia dengan manusia, dan manusia dengan tuhannya yaitu Allah swt. Harta dan benda yang kita zakati adalah sarana untuk bukan tujuan. Oleh karena itulah harta dan benda bukan tujuan kita untuk bahagia lahir dan batin melainkan sebagai alat untuk meningkatkan nilai-nilai religiusitas seorang hamba Allah swt.

Seseorang yang rajin mengeluarkan zakat akan menjadikan dirinya terhindar dari perbuatan melawan hukum negara dan agama. Berzakat secara simbolis adalah perbuatan  dan peristiwa membersihkan jiwa dan raga dari segala kotoran  dalam kehidupan kita sehari-hari. Logisnya orang yang terbiasa hidup bersih akan merasa risih dan tidak nyaman bersentuhan dengan barang atau hal yang kotor. Zakat adalah mesin cuci yang paling efektif untuk merontokkan pikiran kotor manusia, sifat,  kecemburuan dan ketimpangan sosial.

Zakat adalah konsep multifungsi yang dapat menjadi penawar bagi permasalahan bangsa dan negara saat ini. Secara ekonomis dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat apabila dikelola secara profesional dan masif. Selama ini lembaga resmi penerima dan penyalur zakat masih perlu lebih digerakkan untuk mengumpulkan dan mengelola potensi umat yang besar ini. Perlu ada sebuah gerakan berzakat secara nasional baik secara struktural maupun kultural.

Rasanya tidak berlebihan apabila membangun negara dan bangsa yang besar ini bila dimulai dengan meningkatkan sumber daya manusianya dengan membekali mereka  kepedulian sosial melalui gerakan berzakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline