Lihat ke Halaman Asli

Mahar Kebohongan

Diperbarui: 13 Februari 2017   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Untuk membuktikan bahwa aku setia, haruskah aku menunggumu menduda?

Aku tahu cinta kita adalah ketabuhan, tetapi, aku tak bisa memungkiri bahwa yang aku nantikan hanya dirimu, kaulah yang memberiku ilmu dan kau yang memberiku pelukan hangat saat aku sendiri. Bisakah Kau katakan padaku bahwa Kau siap memadu istrimu? Sekalipun nanti aku hanya Kau nikahi lalu Kau tinggal pergi, aku ikhlas. Asalkan aku dapat mencintaimu secara halal.

Aku harap Kau dapat membaca ini, Bapak. Meskipun kemungkinan itu kecil bahkan mungkin nol.

***

Guru Bahasa Indonesia yang satu ini memang bisa menjadi sosok bapak sejati, meski usianya baru 25 tahun. Pak Ryan memang kerap kali menjadi sorotan. Selain pribadinya yang menyenangkan dan murah senyum, dia adalah pengusaha muda yang terbilang cukup sukses. Beberapa guru wanita yang masih gadis tentu melirik guru bujang yang satu ini, namun, Pak Ryan mengaku bahwa dirinya masih trauma akan cinta karena pernah ditinggal oleh pacarnya di masa lalu.

 “Saya punya penawaran untuk Kamu, Ra. Kamu tuliskan sejarah kehidupan saya hingga saya menjadi pengusaha seperti sekarang ini. Nanti masalah penerbitan buku biar saya yang atur.” Suatu ketika, Pak Ryan memberi penawaran kepada Rara. Dengan senang hati, Rara menerima penawaran itu. Diucapkanlah kata deal pada siang itu. Siang yang membawa mereka pada pelayaran yang semakin jauh dari realitas kehidupan.

Konsekuensinya, Rara harus mendalami masa kecil Pak Ryan. Bagaimana Pak Ryan tumbuh, orang tuanya, lingkungannya, bahkan tempat tinggal dan mainannnya ketika kecil. Semua itu perlu waktu dan penyesuaian khusus. Diputuskanlah untuk menetap di rumah Pak Ryan selama beberapa minggu.

Rara disambut baik oleh orang tua Pak Ryan. Layaknya seorang anak laki-laki yang membawa seseorang yang telah dinantikan oleh keluarganya.

“Anggap saja rumah sendiri. Kami memang sudah lama menantikan gadis muda di rumah ini. Beruntung Ryan membawamu kemari, Cah ayu!” ucap ibunya suatu ketika. Rara hanya tersenyum sambil tersipu.

Pernah suatu ketika, ada pertemuan keluarga di rumah Pak Ryan. Rara hendak pulang tetapi dicegah oleh ibu. “Ikutlah walaupun sebentar. Kamu sudah dianggap keluarga di sini.” Rara pun mengiyakan.

Keluarga besar Pak Ryan terperangah ketika Rara keluar sambil membawa nampan berisi kue kering yang dibuatnya bersama ibu. Kerudung hijau dan gaun putih polos menambah keanggunan remaja yang berkulit putih itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline