Lihat ke Halaman Asli

Masa Lalu

Diperbarui: 26 Juli 2016   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wimbo masih tidak habis pikir atas keputusan yang diambilnya sendiri kala itu. Andai saja dia tidak menolak pinangan mas mun kala itu mungkin dia tidak menjadi perawan tua seperti yang disebutkan tetangganya. Tapi semua itu adalah kehendak dari Allah, dia menerima ataupun menolak itu sudah menjadi takdirnya.

***

"Mas mun anaknya sudah dua lho mbak" cerita yani, sahabat kecil wimbo.

"Terus hubungannya denganku apa?" bisik Wimbo pada yani.

"Para tetangga sudah pada tahu pernikahan hasna mbak, aku aja ngeri kalau denger warga gosipin kamu mbak" yani memulai ceritanya. "mereka bilang mbak wimbo gak laku-laku, sampe dilangkahi tiga adik perempuan sekaligus" imbuh yani.

"Ini sudah jalanNya yan" lirih wimbo "kalau saja waktu itu aku menerima pinangan mas mun, apa bisa menjamin aku hidup bahagia, aku hanya menuruti kata hatiku kala itu, biarkan saja mengalir apa adanya seperti ini " imbuhnya.

"Tapi mbak, bagaimana air bisa mengalir kalau sumbatan itu ndak kamu bersihkan. Ayolah mbak move on, mau sampai kapan kamu mengharapkan dia yang sama sekali tidak ada tanda-tanda dia serius padamu. Lagian dia sudah meninggal mbak, segera bangkit mbak" ceroros yani pada wimbo.

"sebenarnya aku sudah move on dari mas riez, tapi dari mas yang pertama aku belum bisa move on yan" cerita wimbo lirih, bahkan hampir tidak terdengar oleh yani.

Yani kaget mendengar pengakuan dari wimbo, "jadi... " yani membelalakkan matanya di depan wimbo.

"idih, matanya biasa aja kali, mau lepas itu" sergah wimbo sambil menggelitik perut yani.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline