Lihat ke Halaman Asli

Warisan Jangan Dijual

Diperbarui: 23 Agustus 2017   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu lalu kami melakukan perjalanan panjang menuju kampung halaman. Berangkat dari jakarta, melintasi pantura sampai akhirnya tiba  juga kami di Ngawi yang kami cinta. Ya, krn ada bbrp kota yg kami cinta  jd tak ada yg tercinta.hehe

Sepanjang perjalanan si sulung mengeluh knp kami tdk sampai2. Pak sopir pun tidak jauh berbeda.

Kami tidak bisa membayangkan, bagaimana jalan yang sangat panjang itu dulu dibebaskan? Melaluinya saja sungguh membuat pegal!

Hei jiwa-jiwa pengagum kebebasan, bersyukurlah...

Alangkah beruntungnya engkau
Terlahir dg selamat, di atas tanah yang sudah bebas dr penjajahan
Krn klo tidak bisa saja engkau...

Harus mengangkat cangkul dan menyibak semak belukar dari anyer sampai panarukan
Mungkin engkau akan selamat
Mungkin juga engkau mati dijalan meninggalkan keluarga yang entah kaupun tak tau nasibnya

Harus menanam tanaman dan aneka hasil pertanian
Alih2 bisa kau petik untuk sanak saudara
Yg ada kau harus menyerahkannya sbg upeti tuk kaum durjana

Dan jangan bayangkan romusha dan kerja rodi itu dapat gaji
Yang ada engkau akan disambut cemeti kala engkau lelet meski sekali

Beruntungnya engkau..
Bisa ungkang2 kaki menikmati hari
Sementara mereka yg sdh berkorban jiwa raga
Mungkin skrg sudah mati
Atau yg masih hidup terkatung2 hidupnya tanpa belas kasih

Sungguh di dalam kalbunya
Ada ikhlas yang menyeruak
Semua demi anak cucunya
Agar tak bernasib sama dg mereka

Pun apa daya
Kita tenggelam dalam kedurhakaan kita
Dalam kepongahan tak tahu terima kasih

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline