Lihat ke Halaman Asli

Ayu Nirmala

Mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Analisis Program Bidikmisi sebagai Strategi Kesetaraan dalam Akses Pendidikan

Diperbarui: 1 April 2024   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengertian Program Bidikmisi

            Pendidikan merupakan kunci penting bagi suatu bangsa dan negara untuk mewujudkan pembangunan dalam upaya mencapai kesejahteraan. Melalui pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten dan kreatif dalam memajukan pembangunan yang berkelanjutan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab V pasal 12 (1.c), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai

pendidikannya. Untuk memastikan dan mencapai kesetaraan dalam akses pendidikan bagi setiap warga negaranya, pemerintah membuat program bantuan dana pendidikan yang disebut sebagai program Bidikmisi.

Bidikmisi (Beasiswa Pendidikan Bagi Mahasiswa Miskin Berprestasi) merupakan bantuan biaya pendidikan yang diberikan oleh pemerintah republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian pendidikan dan kebudayaan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi calon mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik baik. Program Bidikmisi memberikan subsidi biaya hidup minimal Rp 750.000, -setiap bulan selama satu semester (6 bulan) kepada mahasiswa. Selain itu, program ini juga menanggung semua biaya pendidikan yang harus dibayar ke Perguruan Tinggi (Astuti dkk, 2019).

 

Peran Program Bidik Misi dalam Meningkatkan Kesetaraan

            Program Bidikmisi memiliki peranan penting dalam menciptakan kesetaraan dalam akses pendidikan di Indonesia. Program ini dibuat oleh pemerintah untuk meningkatkan akses dan kesempatan pendidikan di perguruan tinggi bagi siswa yang tidak mampu secara finansial dan memiliki prestasi akademik yang baik. Dengan memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada semua anak, terlepas dari latar belakang ekonomi mereka, program ini membantu mengurangi kesenjangan sosial dan menciptakan kesetaraan dalam akses pendidikan (Suhendro, 2019). Program Bidikmisi tidak hanya memberikan kesempatan pendidikan kepada individu, tetapi juga membantu Mengembangkan potensi mereka. Karena hal tersebut Bidikmisi merupakan strategi yang efektif dalam menciptakan kesetaraan akses pendidikan dan memberdayakan masyarakat.

 

Implementasi dan Capaian Program Bidikmisi

            Bidikmisi sendiri sudah ada sejak tahun 2010 dan diganti namanya pada tahun 2020 menjadi Kartu Indonesia Pintar (KIP). Walau namanya sudah berganti, namun dalam implementasinya sedikit banyak masih serupa. Salah satu contohnya adalah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dalam melayani mahasiswa Bidikmisi supaya memperoleh akses pendidikan ke perguruan tinggi. Pertama-tama Unesa melaksanakan survei lapangan untuk memverifikasi kondisi aktual berdasarkan alamat yang tertera pada data calon mahasiswa. Survei ini bertujuan untuk menentukan apakah calon mahasiswa layak menerima Bidikmisi atau tidak. Dari data survei, sebagian besar calon mahasiswa dinyatakan layak dan sesuai dengan target. Jika ada calon penerima Bidikmisi yang kondisinya tidak sesuai atau tidak tepat sasaran, maka Bidikmisi akan dialihkan ke mahasiswa yang lebih membutuhkan atau lebih layak. Melakukan survei lapangan ke rumah atau alamat calon penerima Bidikmisi adalah salah satu strategi yang diterapkan Unesa dalam pengelolaan Bidikmisi. (Astuti dkk, 2019)

            Program bantuan Bidikmisi di Unesa telah memberikan manfaat yang signifikan bagi mahasiswa penerima, termasuk membangkitkan rasa bangga dan kepercayaan diri mereka dalam mengejar pendidikan tinggi, sesuatu yang mungkin sebelumnya tidak pernah mereka impikan. Manfaat lainnya adalah merasa mampu mengurangi beban finansial orang tua dan keluarga mereka. Meskipun biaya Bidikmisi mungkin dirasa kurang mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan perkuliahan, namun berkat semangat tinggi mereka, mahasiswa dapat mengatasi kekurangan tersebut dan berhasil menyelesaikan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai penerima Bidikmisi. (Hermawati dkk, 2011).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline