Lihat ke Halaman Asli

Ayub Simanjuntak

The Truth Will Set You Free

Etika dan Agama (mestinya) Sesuai

Diperbarui: 2 Maret 2021   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://stockhead.com.au/

Sore tadi saya mampir ke sebuah apotek untuk membeli obat Euthyrox, sebuah obat yang mama saya harus konsumsi rutin karena kelainan pada produksi hormon tiroidnya.

Sesampainya di depan sebuah apotek besar di salah satu perumahan di Bekasi timur, ada seorang ibu yang sedang mengantre tepat di depan pintu yang tertutup, dari jauh saya dapat melihat sebuah tulisan yang berbunyi "sedang di toilet". Kami pun menunggu sekitar 5 menit di depan pintu kaca itu. Gerimis baru saja turun sehingga saya mesti agak maju ke dekat pintu agar tidak terkena tempias air.

Selang 5 menit, pintu pun dibuka petugas perempuan berkerudung hijau dan ibu yang datang sebelum saya segera masuk dan membeli obat, sedang saya menunggu tepat di belakangnya kira-kira berjarak satu setengah meter. Transaksi ibu di depan saya baru saja usai tiba-tiba bergegas seorang ibu berkerudung cokelat turun dari mobil Nissan Livina dan langsung memotong antrean.

Ibu berkerudung itu langsung dilayani dengan baik, entah mengapa saya merasa sangat kesal, terbersit pikir saya apa karena sama-sama berkerudung. Petugas apotek yang bergelar S.Apt itu tentu tahu saya telah mengantre sejak kira-kira 15 menit lalu. Tetapi bukan saja dia mencegah tetapi malah terlihat riang saja  dan mendukung tindakan-tindakan yang menurut saya sangat tidak etis.

Saya tidak sedang ingin mengomentari agama tertentu, tetapi saya menyoroti atribut-atribut agama sering kali tidak bersesuaian dengan etika hidup bermasyarakat sehari-hari seperti mengantre dengan baik dan benar atau membuang sampah dari jendela kaca mobil yang entah sudah berapa ratus kali saya lihat di jalan-jalan kita.

Kejadian tadi sore tadi seperti De javu beberapa bulan sebelumnya di mana persis ada seorang ibu dengan atribut yang sama juga terang-terangan memotong antrean saya dan ibu di apotek yang sama.

Yang lebih mengerikan pernah satu ketika saya mengendarai sepeda motor harus terjungkal jatuh ketika seorang ibu dengan tiba-tiba berbelok ke kanan sementara lampu sein yang menyala mengarah ke kiri. Saya jatuh di tengah jalan dan ibu itu berlalu pergi dan ketika saya berteriak protes, seorang penjaga kios malah membela ibu tersebut katanya saya yang tidak hati-hati. Lagi-lagi atribut seperti kerudung atau penampilan agamawi di menangkan dengan alasan klise.

 Menurut K. Bertens, definisi etika adalah nilai dan norma moral yang menjadi suatu acuan bagi umat manusia secara baik secara individual atau kelompok dalam mengatur semua tingkah lakunya. Etika menjadi sangat penting bagi bangsa ini kalau sunguh-sungguh ingin maju.

Melihat negara-negara sekuler yang sangat menjunjung tinggi etika dan nilai-nilai moral, seharusnya bangsa kita yang mengaku beragama  dan sangat bangga dengan agamanya meng introspeksi diri. 

Pekerjaan rumah pendidikan bangsa kita adalah menanamkan nilai-nilai agama yang bermoral dan beretika secara nyata dan praktis. Hal ini tentu membutuhkan keteladanan kita sebagai orang dewasa. Revolusi mental biarlah tidak menjadi slogan semata agar keberagaman kita tidak menjadi cemoohan karena tidak sesuai dengan nilai-nilai moral yang universal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline