Lihat ke Halaman Asli

Ayu Anissa

Teacher

Kisah Tanpa Cerita

Diperbarui: 18 Januari 2023   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                    Jari-jemari Prasasti tengah menari lincah di atas keyboard laptopnya ketika seorang wanita muda tertangkap sudut matanya berdiri termenung di depan kotak kaca di tengah ruang pameran itu. Wanita itu nampaknya berusia petengahan dua puluhan, seumuran dengan Prasasti. Ia mengenakan baju kebaya hijau muda cerah yang dipadukan dengan kain jarik cokelat tua dan kemben sewarna daun. Cantik sekali, pikir Prasasti. 

                    Keadaan di ruang pameran itu hening, hanya suara celetakan keyboard Prasasti yang terdengar. Walau hari sudah beranjak malam, Prasasti masih setia di tempatnya. Teman-temannya telah pulang ke rumah masing-masing beberapa waktu yang lalu, tepat setelahruang pameran ditutup. Dia adalah ketua pameran seni tahun ini, mau tidak mau dia harus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas akhir ini dan laporan yang menyertainya.

                   "Woi ..." sapaan Widhi mengejutkan Prasasti yang masih sibuk dengan laporan pelaksanaan pameran.

                   "Buset! Kowe ngagetin, Wid, kukira setan," ujar Prasasti menoyor kepala temannya yang terkekeh-kekeh itu.

                   "Hahaha ... serius banget, sih, bro, ngapain emang?" tanya Widhi mengambil tempat duduk di depan Prasasti.

                   "Laporan pameran, dodol," jawab Prasasti kembali menatap layar laptopnya. Duhh, mata gua kabur, pikir Prasasti menekan kedua kelopak matanya.

                   "Istirahat dulu, bro, besok juga masih ada waktu," ujar Widhi. Ia mengedarkan pandangannya menyusuri ruang pameran berukuran satu lapangan basket itu.

                   "Kok ngeri, ya, lama-lama?" ujarnya lagi.

                   "Ngeri kenapa?" tanya Prasasti menutup laptop dan merapikan meja kerja kecil dihadapannya. "Yuk lah," katanya lagi kemudian beranjak.

                   "Rasanya kayak kita nggak cuma berdua disini," jawab Widhi ngacir menjajari langkah Prasasti.

                   "Nggak usah aneh-aneh, deh, Wid!" ujar Prasasti sembari mengunci ruang pameran itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline