Lihat ke Halaman Asli

Ika Ayra

TERVERIFIKASI

Penulis cerpen

Suatu Hari di Negeri Kantong Semar

Diperbarui: 30 April 2022   05:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Suatu Hari di Negeri Kantong Semar|foto: Krzysztof Banas via Pinterest

Alkisah di suatu negeri yang banyak dihuni tumbuhan cantik, hiduplah seekor siput jantan bersama pasangannya. Manusia menyebut kelompok tumbuhan ini sebagai karnivora, tumbuhan pemakan serangga. Siput jantan pernah bersumpah tidak akan terjebak pada salah satu kantong. Tetapi tidak dengan suatu hari yang sudah tertulis...

Suasana cerah ketika itu. Negeri kantong semar bersiap menyambut mentari pagi dengan senyuman. Beberapa jenis sudah menampakkan warnanya yang unik. Tidak hanya hijau dan merah, tetapi juga hitam dan oranye.

Tercatat ada 85 jenis yang menempati hutan basah dan rawa di Sumatera dan Kalimantan. Sebagian justru berstatus langka dan sangat langka. Tetapi negeri kantong semar masih memelihara mereka dengan sangat lestari.

Berbagai serangga kecil seperti: semut, lalat, kumbang, laba-laba, kelelawar, dan siput kecil, tak kuasa menolak daya tarik dan pesona Nepenthes, si bunga kantong semar. Dengan cara apapun, hewan-hewan tersebut pasti akan tergoda dan mendatangi sang pujaan dengan kata-kata cinta nan mesra.

Ditakdirkan sebagai bagian dari ekosistem di alam, kantong semar rela menempati daerah minim unsur hara dan jauh dari kesuburan tanah. Tempat yang lembab, tersembunyi dan terlindung, atau justru yang banyak dilimpahi sinar mentari, tak membuat kantong semar merana dan berakhir dengan kematian seperti yang bisa terjadi pada tumbuhan lainnya.

Siput jantan sedikitpun tak paham soal ini. Di benaknya, dia melihat kantong semar tak ubahnya sosok penguasa yang tumbuh di seantero negeri. Kemanapun mata memandang, kantong semar selalu berdiri anggun dengan segala kelebihannya.

Baginya, mempunyai pasangan seekor siput betina cukuplah sudah. Dia tak perlu datang seperti yang lainnya, untuk mengagumi kantong semar. Maka ditutupinya telinganya agar tak sering mendengar berita kemolekan sang karnivor.

"Kau ini sungguh siput jantan yang sombong!" sergah lalat yang usianya tertua di komunitasnya.

"Adalah hal yang wajar, para hewan seperti kita mencari makan di berbagai tempat. Tidak mungkin kita menghindari kantong semar, apalagi jika persediaan makanan di tempat lain sudah habis," kata lalat diplomatis.

"Tapi kalian jatuh cinta pada tumbuhan itu, bukan? Aku melihat katak hijau juga berlatih membaca puisi untuk Dewi kantong semar," siput jantan tak mau kalah.

"Hahahaa.... katak hijau itu jomblo. Jomblo mah bebas mau baca puisi buat siapa saja, asal belum ada yang punya!" tuan lalat melanjutkan tawanya sampai puas, lalu terbang menjauh melanjutkan petualangannya hari ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline