Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tuah

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Kota-kota yang Kehilangan Cahaya Bulan

Diperbarui: 18 Oktober 2019   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com 

Sejak kapan engkau tak mengingat lagi, hari ini bulan berbentuk sabit, atau esok akan purnama. Kota-kota telah mengajarkan bagaimana caranya untuk melupakan kelembutan cahaya 

Kota-kota menyerbu kepala-kepala dengan pendar-pendar dari cahaya papan-papan iklan sepanjang ingatan, atau terpaku dengan gambar-gambar yang bergerak di kegelapan bioskop, atau godaan bertamu di beranda linimasa: Menulis entah apa, dan melihat gambar entah siapa 

Boleh kau tanya orangtuamu dulu, bulan purnama adalah cahaya alasan untuk bisa keluar rumah; berkumpul, bernyanyi, berlarian setelah pulang mengaji. Bisa juga menjadi saksi sapa dan pandang malu-malu terhadap kekasih pujaan hati

Perlahan, bulan hilang dari perbendaharaan permainan. Rumah-rumah penuh dengan televisi, juga disibukkan bagaimana meraih cita-cita yang disangkutkan terlalu tinggi 

Bulan diperbincangkan lagi jelang puasa Ramadhan, setelah itu ditinggal pergi untuk dilupakan lagi 

Sesekali bulan muncul menjadi latar pembuka film-film hantu, atau menjadi bagian larik-larik puisi dari penyair yang hatinya sedang pilu, karena puisinya tak menarik bagi seorang perempuan yang hatinya sedang ia tuju 

***

Cilegon, Oktober 2019 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline