Lihat ke Halaman Asli

Tembok Tebal itu Bernama Uang Pangkal

Diperbarui: 7 Juni 2019   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: http://harian.analisadaily.com

Mimpi saya buat kuliah tepat waktu sekiranya gak terwujud, saya harus melakukan apa ya kak?,"

Saat maghrib menjelang, Gawai saya berdering. Velandani Arifin (Bukan Nama Sebenarnya), Calon Mahasiswa Baru Perpusinfo 2018, mengirim pesan pada saya via Line. Beberapa hari terakhir, kami kerap berkirim pesan membicarakan masalah biaya pendidikan yang tengah merundunginya. Arif (Sapaan akrab Velandani Arifin) mengisahkan, Ia berasal dari keluarga yang kurang berada. 

Ayahnya sudah tak bekerja dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Tanggungan kebutuhan keluarga yang terdiri dari 4 anggota membuat orang tua Arif kesulitan melunasi biaya pendidikan yang diwajibkan UPI. Ketika itu, Biaya pendidikan yang harus ditanggung berkisar 23 jt.

Arif bukannya tak paham dengan besarnya biaya yang akan Ia tanggung jika mendaftar lewat seleksi mandiri. Ia hanya berharap ada sebuah keringanan dari UPI untuk calon mahasiswa yang tersendat masalah ekonomi seperti dirinya. Namun, berbeda dengan orangtuanya. Mengetahui biaya pendidikan yang sangat tinggi, membuat Ayah Arif mengurungkan niat menguliahkan Arif tahun ini. Hal itu tak lantas menyurutkan harapan Arif. Nyatanya Ia tetap bersikukuh. Mimpi untuk kuliah tepat waktu tak bisa Ia pendam begitu saja.

Situasi ketika itu, mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam berbagai organisasi mahasiswa UPI turut memperjuangkan calon mahasiswa UPI yang tersendat biaya pendidikan. Beragam cara dilakukan untuk menemukan celah birokrasi UPI. Namun, hal itu tidak membuahkan hasil. Solusi yang ditawarkan UPI dinilai tak dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Adalah Forum Aksi Mahasiswa UPI (FAMU) yang berinisiatif menggandeng ormawa-ormawa di UPI  untuk mengadakan konsolidasi terkait ketidakjelasan sikap rektorat.

Konsolidasi itu menelurkan aksi beberapa hari setelahnya. Tuntutan massa Aksi melingkupi:

1. Hapuskan Uang Pangkal SM UPI

2. Adakan Bidikmisi Bagi peserta SM UPI

3. Transparansikan dan Verifikasi UKT

Dari hasil Aksi, diketahui bahwa ada Miss Communication antara pihak rektorat dengan divisi Rekrutmen Mahasiswa Baru (RMB) terkait tenggat pembayaran UKT. Selebihnya, rektorat masih enggan memberikan solusi kongkrit perkara 3 tuntutan mahasiswa UPI.

Hasil aksi dan hasil audiensi dengan beberapa pihak kemudian saya sampaikan kepada Arif. Sepercik harapan --Meskipun tetap tak menjamin- memang muncul bagi Arif tapi tidak bagi orangtuanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline