Lihat ke Halaman Asli

Aura Salma Rahmani

Mahasiswa Akuntansi, Universitas Airlangga

Indonesia Dihadang Krisis Pangan, Akankah Jadi Momentum Kemandirian atau Lubang Penderitaan?

Diperbarui: 16 Juni 2022   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Covid-19 membuat banyak negara khawatir akan terjadinya krisis pangan. Kondisi ini diperburuk dengan adanya perang Rusia - Ukraina  yang juga menyumbang pengaruh negatif bagi kondisi pasar global. 

World Bank memproyeksikan harga pangan, bahan bakar, dan pupuk global akan meningkat tajam pada tahun 2022 hingga 2024. 90% pasar negara berkembang dan 70% negara di dunia sedang menghadapi inflasi harga pangan bahkan melebihi inflasi keseluruhan. Lebih lanjut, faktor alam dan perubahan iklim turut serta mengambil andil dari permasalahan ini. 

Berdasarkan hasil laporan dari United Nations, menyatakan bahwa Di Indonesia tengah terjadi kenaikan suhu di atas 2,5 °C serta kenaikan permukaan laut yang menyebabkan hasil pertanian dan perikanan berkurang.

Berkurangnya produksi pangan akibat perubahan iklim ini tentunya mampu meningkatkan kerawanan pangan yang nantinya akan berdampak pada tingkat kemiskinan dan kesehatan yang memburuk. Multi kondisi ini membuat pemerintah Indonesia harus bergerak menyusun kembali strategi untuk mempertahankan kondisi pangan di Indonesia

Kualitas dan Keterjangkauan Pangan

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan prevalensi ketidakcukupan pangan nasional pada tahun 2021 sebesar 8,49%, naik 0,15% dibandingkan tahun sebelumnya. Semakin tinggi angka prevalensi ketidakcukupan pangan,semakin tinggi pula persentase yang menunjukkan kurangnya kebutuhan energi rumah tangga. 

Hal ini menjadi salah satu indikator yang dapat menggambarkan ketersediaan pangan dan kemampuan rumah tangga untuk mengakses pangan. Kualitas dan keterjangkauan pangan dinilai baik jika berhasil memenuhi syarat  mutu yang baik, aman dikonsumsi, beragam, bergizi , serta tersedia merata di seluruh daerah dengan harga terjangkau.

Data dari Global Food Security Index menyatakan bahwa kualitas pangan Indonesia berada pada kategori bawah menduduki peringkat 83 dari 113 negara. 

Kurang berjalannya strategi nutrisi menjadi salah satu alasan mengapa posisi Indonesia ini menjadi kurang baik. Kualitas pangan yang buruk, ini juga berdampak pada tingkat kesehatan masyarakat Indonesia, salah satunya berkaitan dengan tingginya angka stunting di Indonesi yang bahkan menyentuh 27,67 persen berdasarkan survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019.

Ancaman Pembatasan Ekspor Pangan 

Ketegangan konflik Rusia-Ukraina berakibat pada pembatasan ekspor komoditas pangan ke negara lain. Langkah ini diambil agar ketersediaan pangan masyarakat di negara pelaku pembatasan tersebut tetap terjaga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline