Lihat ke Halaman Asli

Jaga Toleransi, GP Ansor - Pemuda Hindu Jaga Natal di Kupang

Diperbarui: 25 Desember 2015   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semalam sebelum membaringkan diri lalu tidur, saya menyimak informasi dari televisi. Berita politik, baik dalam maupun luar negeri mendominasi pemberitaan. Namun diinformasikan juga kegiatan natal yang diselenggarakan di berbagai daerah di negeri tercinta kita, Indonesia. Menarik!"

"GP Ansor - Pemuda Hindu jaga natal di Kupang"

Demikian runing teks MetroTV tadi malam. Kabar ini terrasa menyenangkan. Kita semua tahu, ada ormas atau lembaga berlatar belakang non Kristen yang melarang umatnya menyampaikan salam natal kepada umat Kristen. Tentu dengan banyak dalih. Ini bukan humor atau canda-candaan. Serius! Bahkan dikatakan, mengucapkan "selamat natal" merupakan perbuatan haram. Sebenarnya, umat Kristen sama sekali tidak terpengaruh dengan keadaan ini. Toh tanpa ucapan “selamat natal” dari umat non Kristen, natal tetap berlangsung dengan meriah dan dalam damai. Namun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, tindakan tersebut dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Sentimen keagamaan di tiap daerah bisa saja bangkit. Tetapi, Puji Tuhan, umat Kristen tidak terbawa dalam situasi tersebut. Harus diakui, sikap toleransi antar umat beragama mulai memudar namun tak kehilangan cahaya. Sebab masih ada anak bangsa yang berupaya membuatnya terang benderang, seperti dtunjukkan oleh GP Ansor dan pemuda Hindu di Kupang. Tindakan yang tidak hanya patut diacungi jempol tetapi juga perlu ditiru dan diteruskan sebagai suatu kebiasaan yang dalam interkasi sosial keagamaan kita.

Tahun lalu saya membaca ulasan di salah satu Koran Lokal NTT yang menyebutkan bahwa bahwa NTT merupakan wilayah di Indonesia dengan Indeks Toleransi tertinggi di Indonesia. Realita ini ternyata mempengaruhi iklim demokrasi di NTT. Lagi-lagi tertinggi di Indonesia.

Kemarin dan siang tadi saya sempat membaca status facebook seseorang yang di-share-kan oleh seorang teman. Si empunya status mengaku bahwa ia non Kristen yang dilahirkan dan dibesarkan di NTT. Dan karena itu ia melewati berbagai hari raya, baik Natal maupun idul fitri (dan juga Nyepi), dengan penuh toleransi. Saling menjaga pada saat umat lain beribadah merupakan pandangan yang biasa ditemuinya. Itu pula yang saya alami sebagai putra asli NTT. Mayoritas penduduk NTT beragama Kristen (Protestan + Katolik). Tetapi kami tidak semena-mena. Kami orang NTT memegang teguh prinsip saling menghargai,saling menghormati, dan saling menerima. Sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus Kritus, Tuhan dan juruselamat setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Selamat Natal, Tuhan Yesus memberkati.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline