Lihat ke Halaman Asli

Impian Semalam dan Impian ke Depan

Diperbarui: 18 Desember 2020   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sudah lama tidak bermimpi. Bermimpi di ujung tahun, di tengah masa kini,menyongsong masa depan. Mengingatkan masa pendidikan di mana dibiasakan berkala merefleksi diri dan membuat impian ke depan atau perencanaan pengembangan pribadi.

Dua kata : bermimpi dan membuat-impian-kedepan membawa muatan makna yang berbeda, dibedakan sekurangnya oleh perspektip waktu. Tetapi permenungan ini akan lebih berbobot pada refleksi dan impian kedepan daripada pembahasan tentang impian semalam.

Kemarin memang saya bermimpi. Dalam impian semalam saya bertemu dengan guru pembina di masa SMA. Saya ditanya sampai sekarang apa yang sudah kau kerjakan dari pengajaranku. Saya tidak menjawab pertanyaannya. Saya hanya senyum bermenung hitung menghitung apa yang  sudah saya kerjakan berdasar pesannya, sambil saya menyapu halaman dekat dapur rumah lama sebelum tahun 2000. Saya juga tidak tahu jelas pesan apa sebenarnya dari dia, dan saya hanya lalu mengingat bahwa saya cukup banyak menulis artikel di Kompasiana.  Peristiwa, tempat, waktu dalam bermimpi saya ini tidak nyambung atau sinkron. Ini bukan mimpi yang indah, seperti kata penulis cerpen:sampai pemimpi bangun tidur ingin mengulang pengalaman dalam mimpi.Bukan seperti itu..

Tetapi terhadap realita Bermimpi, yg pasti dialami setiap orang sejak zaman dahulu, tidak mengherankan apabila juga sejak dahulu pula sudah menjadi bahan pemikiran orang.

Tradisi lama Mimpi menjadi salah satu kenyataan yang dipercaya sebagai sumber atau sebagai hal kepercayaan.  Di situ mimpi diberikan pemaknaan atas dasar pemahaman akan simbolisasi, perhitungan angka, perhitungan saat dsb.

Belakangan mimpi dipelajari secara lebih ilmiah, terukur dan melewati penelitian.

Google memberi sajian , dan saya pilih tiga di antara teori-teori di ranah Psikologi. Di antaranya teori yang membuka unsur kejiwaan atas dasar psikoanalitik. Ada pula teori dengan hasil tinjauan model impian atas dasar sinthese aktivitas internal manusia. Berlanjut pada tinjauan proses informasi internal manusia itu untuk kepentingan pengembangan pribadi bahkan untuk terapi.

Teori terawal menjadi terkenal orangnya dan teorinya adalah Sigmund Freud dengan ajarannya bahwa mimpi itu bentuk perwakilan dari ingatan, pikiran, keinginan dan motivasi bawah sadar, dari pengalaman nyata yang tersimpan. Bahkan dikemukakan bahwa mimpi itu pemenuhan keinganan yang terpendam dibawah sadar. Khususnya naluri agresif dan seksual.

Sementara ada pembelajar tentang Lucid Dream yang memberi jenjang kesadaran dalam bermimpi. Jenjang dasar mimpi yang menampilkan diri sendiri; jenjang kedua seakan menghadirkan orang lain hampir selengkapnya. Dan jenjang ketiga bermimpi dan bergerak berbuat nyata. Dan yang mudah dipahami kita sekarang, kata pemerhati teori mimpi yang mengatakan,

"Beragam misteri tentang mimpi dan tidur yang belum dipecahkan, sekiranya dapat menjadi bahan penelitian yang menjanjikan dan menyenangkan."

Marilah kita bahas lebih tentang "Impian ke depan".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline