Lihat ke Halaman Asli

Chairunnisa Ilmi

An Ambivert

Babah (Musibah Kentut di Warung Kopi) Bagian II

Diperbarui: 25 November 2020   01:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lpmperspektif.com

Cerita oleh Asinnuriach

Bagian pertama di sini

....

Para penonton pun mengeluh, menghembuskan nafas panjang. Rupanya mereka terbawa suasana dan berusaha mencari hiburan lain di tengah pekerjaannya. Menteri hitam meleleh, tak ingin ditemui oleh kuda putih. Ia bisa saja memerintahkan kuda putihnya untuk bergerak, namun ia berputus asa karena mereka tidak bisa merubah jalan takdir. 

Raja pun mundur dengan amarah sekaligus rasa takut yang membuat ie berapi-api juga meleleh sekaligus. Ia harus menerima kenyataan bahwa sang menteri telah menyerahkan jiwa nya untuk menyelamatkan sang raja. 

Dua langkah kemudian, kerajaan hitam milik pekerja hangus menjadi abu karena raja yang bertahan bersama satu luncus dan dua bidak terus dikejar prajurit kerajaan si botak gendut. Tak perlu  menunggu lebih lama lagi, terjadilah skakmat !

Ketegangan yang terus berlanjut membuat jiwa mudaku datang lagi. Aku tertantang untuk maju ke medan laga. Aku ingin mendalangi permainan. Seperti dahulu kala. Aku juga muak melihat keangkuhan si babah dan berniat melihat sejauh apa kemampuannya berperang di arena hitam putih ini. Tapi pesanan begitu banyak karena makin banyak pekerja yang menghampiri warungku. 

Aku tidak paham mengapa mereka menyukai catur ini. ketiadaan hiburan mungkin jadi penyebabnya. Cuaca juga sangat panas, di warungku teduh, aku sengaja meluaskan bagian depan untuk menampung pelangganku lebih banyak. ''Sial ! Pesanan begitu banyak kali ini !''

Aku tidak tahan lagi. Aku telfon istriku. Aku meminta bantuannya untuk didatangkan orang yang bisa membantu pekerjaanku, harus sekarang.

''Sayang, aku ingin bermain catur'' kataku.

Tidak lama kemudian, mobil hitam mulus menepi, keluarlah istriku bersama seorang pria. Salah satu yang kupusingkan adalah pakaian istriku yang tidak biasa. Dia memakai rok panjang dengan cardigan bertangan panjang, rambutnya dikucir. Gaya berpakaiannya tidak berbeda dengan ibu-ibu yang tinggal di rumah susun tempat tinggalku dulu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline