Lihat ke Halaman Asli

Waspadai Lansia yang Sudah Masuk Tahap Pra-Demensia

Diperbarui: 5 Agustus 2018   04:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

waspadai pasien yang sudah pada titik MCI (dementia.org)

Pada 2050, diperkirakan nyaris 131 juta warga dunia akan mengalami demensia, seiring pertambahan generasi lanjut usia. Bagaimana dengan kita?

Saat ini, di Indonesia belum ada penelitian terkait demensia dengan cakupan nasional.

Namun, sebuah studi di Yogyakarta mengungkap bahwa risiko demensia adalah sekitar 20 persen pada kelompok lansia berusia 70 tahun. Seiring meningkatnya jumlah lansia, meningkat pula prevalensi penyakit degeneratif, termasuk demensia.

Apakah sebenarnya demensia? Ini merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala yang ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif atau kecerdasan yang secara progresif, dan sudah mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan.

DR. Dr. Yuda Turana, Sp.S, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Katholik Atma Jaya, memaparkan bahwa perjalanan demensia alzheimer biasanya diawali gangguan memori. Pasien lupa akan kejadian baru dan sering menanyakan segala sesuatu berulang-ulang.

"Ini bisa diikuti gangguan kognitif lain, seperti gangguan eksekutif, gangguan konsentrasi, dan gangguan bahasa. Seiring perjalanan waktu, bisa pula timbul gangguan perilaku, seperti mood yang naik turun, emosi berlebihan, bahkan pada tahap berat timbul halusinasi," jelas Dr. Yuda.

Penyebab demensia, baik demensia alzheimer, demensia vaskular, atau demensia lobus frontal, adalah multifaktor, di antaranya genetik, jenis kelamin (wanita lebih besar dari pria), pula faktor risiko vaskular, seperti hipertensi, hiperkolesterol, obesitas, dan diabetes.

Menurut Dr. Gea Pandhita, Sp.S., M.Kes, dari RS Islam Pondok Kopi, salah satu fakta yang terjadi ketika seseorang menjadi tua adalah terjadi kemunduran, baik dari segi fisik maupun kognitif. Di sinilah demensia banyak dialami oleh mereka yang mulai masuk usia lanjut.

"Demensia adalah penurunan fungsi kognitif yang disertai perubahan perilaku. Jadi, demensia bukan penurunan daya ingat seperti lupa pintu sudah dikunci atau belum atau lupa di mana meletakkan dompet, yang sering terjadi dalam keseharian," papar Dr. Gea.

Karena demensia sangat terkait dengan penurunan fungsi kognitif, lebih rinci dr. Gea menjelaskan selain fungsi kognitif, otak memiliki beragam fungsi lainnya seperti fungsi motorik untuk menggerakkan, fungsi sensorik untuk merasa.

Dari sekian banyak fungsi tersebut, yang paling tinggi adalah tentunya fungsi kognitif atau sering pula dikenal sebagai fungsi luhur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline