Lihat ke Halaman Asli

Kompas, Pelopor Kata Bentukan Baru Bahasa Indonesia

Diperbarui: 1 Agustus 2018   06:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: antaranews.com

Bahasa itu dinamis, berubah-ubah seiring dengan masyarakat penggunanya. Kaidah-kaidah yang telah dirumuskan dan dibakukan oleh para pakar bahasa beberapa puluh tahun lalu telah mengalami perubahan banyak serta dirasakan oleh masyarakat di tahun-tahun ke depan. Perubahan-perubahan dapat dibaca serta dilihat baik di media cetak atau di media elektronik.

Penggunaan kata serapan yang berasal dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris tidaklah sekedar diambil begitu saja, tapi telah berlebihan, yang sering kali kita dengar sehari-hari di sekitar kita.

Percakapan bahasanya ngawur, kendati padanannya sudah ada. Istilahnya menjadi bahasa gado-gado. 

Jika Anda keseharian tinggal di Jakarta yang masyarakatnya majemuk, campur baur, ada yang dari Padang, Batak, Sunda, Jawa, Cina dan sebagainya. Pemakaian sehari-hari bukan lagi sebagai bahasa dialek, tetapi penggunaan bahasa asing maupun daerah sudah berlebihan. 

Orang sekarang mengatakan hal tersebut sebagai bahasa gaul. Kata-kata seperti ini pasti sudah sering Anda dengar: "ngai maunya fifty-fifty aja, gitu loh, tapi yah up to you lah".

"Kita mah ga usah naek taksi, naek bus way aja"

"Kalau gitu, why not?"

"Lay out aja sendiri"

"Belum di upgrade"

"By the way, oke lah"

"You kan tahu, kalau aku lagi busy"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline