Lihat ke Halaman Asli

[WPC-39] Cerita Kopdar 2 Versiku : Dari Bogor, Jogja Sampai Semarang

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13742035892105274177

Sudah lebih dari 2 minggu berlalu, sejak even kopdar kampret di Jogja tgl 29-30 Juni kemarin. Tapi tulisannya baru sempat saya setorkan sekarang di WPC kali ini. Sebenarnya bukan gak sempat sih, lebih tepatnya males kali ya, karena sepertinya mood menulis sedang menurun drastis hehe. Gak apa-apalah ya, mumpung belum lebaran. Lho apa hubungannya ya?? :-) Saya memang sudah mengalokasikan ikut kopdar 2 kampret ini jauh-jauh hari, kebetulan tahun ini punya jadwal yang lebih fleksibel. Dan kesempatan jalan ke Jogja ini saya manfaatkan pula ke kota lainnya di Jawa Tengah. Sekalian mengunjungi adik di Semarang dan ke rumah teman di Pekalongan yang seharusnya pernikahannya saya hadiri tanggal 29 Juni 2013. Perjalanan panjang menuju Jogja Kopdar Jogja diwarnai perjalanan panjang bagi kampretos yang lokasinya jauh. Bagaimana tidak, jika dihitung-hitung lebih lama perjalanannya dibanding kopdar. Kopdar mungkin tidak sampai 24 jam. Tetapi perjalanannya, buat saya yang dari Bogor bisa sampai 24 jam. Bahkan menurut kabar, ada yg merasa seperti 48 jam lho haha. Itu baru berangkatnya. Pulangnya lain lagi ceritanya (maksudnya tidak kalah lama). Karena saya baru bisa mencapai Semarang dalam waktu lebih dari 12 jam. Sesuatu banget ya… Tapi begitulah, jauhnya perjalanan dan kemacetan bukanlah halangan untuk bersilaturahmi langsung di dunia nyata dengan para kampretos lainnya. Perjalanan panjang dimulai dari Stadion Lebak Bulus, sebagai tempat berkumpulnya para kampretos Jakarta yang akan berangkat bersama-sama dengan bus. Beberapa wajah baru kampretos saya temui di situ seperti Mas Nino, Mbak Titie, Pak Kelly, Indri, Mas Manthoz, Mbak Dian. Kalau yang lain rata-rata sudah familier. Akhirnya sekitar jam 8-an, buspun melaju menembus kemacetan kota Jakarta menuju Jogja melewati jalur selatan. Alunan musik mengiringi sepanjang perjalanan. Dari lagu para pemenang X-factor, The Massive, Kerispatih sampai Andra n the Backbone. Saya ingat waktu itu ada lagu yang sampai diputar ulang berkali-kali, dan menimbulkan protes beberapa kampretos. Begitulah perjalanan kami, diwarnai tingkah yang bermacam-macam dari penumpang bus. Ada yang heboh plus bergosip, ada yang ketawa-ketiwi ngakak, ada yang nyanyi-nyanyi, ada yang sibuk nggangguin orang plus ngerjain kampretos yang duduknya paling depan. Saya duduk manis saja di samping Indri, berharap bisa tidur nyenyak, tapi ternyata hanya bisa 1 atau 2 jam, sisanya merem-melek. Apapun tingkah kampretos, saya yakin semua merasakan hal yang sama terutama menjelang siang. Badan pada pegel-pegel dan laper banget. Bus kami memang beberapa kali berhenti untuk istirahat, tetapi kami tidak sempat makan. Setibanya di Jogja dan Temu Kampretos Setelah hampir sehari semalam berada di atas bus, akhirnya menjelang sore kami sampai juga. Udara dingin kaliurang menyambut kedatangan kami, disertai sambutan beberapa kampretos yang sudah lebih dulu berada di sana. Meskipun badan terasa lelah, kami tidak melewatkan kesempatan untuk saling bertegur sapa. Ada beberapa kampretos, meskipun baru pertama kali bertemu, saya sudah bisa menebak siapa orangnya, karena wajahnya sama dengan di foto. Seperti Mbak Dwi, Mbak Edi, Mo Wit, Om Nanang, Om Baskoro, Mas Dhanang, Bunda Selsa. Sesi belajar bareng kampretpun dimulai ketika malam harinya. Dimulai dengan pelajaran strobist. Nampak peralatan studio dipajang di pelataran villa. Ada tiga perempuan dengan kostum penari lengkap, dan sudah di make-up cantik yang siap jadi model. Awalnya, saya hanya duduk-duduk di bangku sambil ngobrol bersama para kampretwati lainnya. Tapi akhirnya saya ambil kamera juga, dan mencoba memotret sesuai arahan Mas Ajie dan Om Didiet. Asal jepret saja sih dan hanya memotret 10 frame, itupun hasilnya hanya beberapa yang agak mendingan. Maklum agak capek jadi kurang mood (alasan aja ya hehe). [caption id="attachment_267364" align="alignnone" width="400" caption="Penari 1"][/caption]

13742036431594280110

1374203689215678483

[caption id="attachment_267391" align="alignnone" width="400" caption="Penari 2"]

1374204577845189878

[/caption] Sebenarnya kesempatan ini sayang sekali untuk dilewatkan, admin kampret ngasih ilmu gratisan lho. Betapa baiknya admin kampret. Coba kalau di luar, pelajaran motret kayak gini aja bisa ditarik bayaran mahal. Sayangnya kampretos tidak terlalu memanfaatkan momen ini, mungkin karena sikonnya tidak memungkinkan. Banyak yang kecapekan dan ngantuk, termasuk saya sendiri. Semoga untuk kopdar berikutnya bisa diadakan lagi sesi seperti ini lengkap dengan ulasan teorinya. ***** Karena kampretos Jakarta mengalami keterlambatan, otomatis susunan acara menyesuaikan. Yang tadinya ada acara jalan-jalan, dibatalkan dengan pertimbangan karena kampretos banyak yang kelelahan. Pagi itu, kampretos asyik dengan kameranya masing-masing. Ada yang motret candid, makro, dan apalah yang bisa dipotret. Rencananya pagi itu akan diadakan sesi foto makro oleh Mo Wit. Tapi berhubung belum dimulai, akhirnya saya bersama Indri, Yulia, Mbak Tari, dan istrinya Mas Rob Januar jalan-jalan di seputar villa (Maaf ya Mas Rob, istrinya dipinjam sebentar hehe). [caption id="attachment_267369" align="alignnone" width="605" caption="ROL di sekitar villa"]

13742038331926561277

[/caption] [caption id="attachment_267370" align="alignnone" width="400" caption="Meranggas"]

13742038821073068290

[/caption] [caption id="attachment_267371" align="alignnone" width="602" caption="Mencoba motret makro-makroan :-)"]

1374203952374111932

[/caption] Awalnya sih gak pingin jalan jauh-jauh, hanya memotret apa yang ada di sekitar villa. Tapi karena Mas Nino tiba-tiba jalan ke arah goa Jepang, akhirnya kami jadi ikut-ikutan ke sana. Penasaran juga karena belum pernah ke sana. Apalagi saya senang jalan. Jadilah pagi itu kami bolos di sesi foto makro dan membolang sendiri ke Goa Jepang. Jarak tempuh dari pintu gerbang kawasan wisata ke Goa Jepang sekitar 1 km. Pada jarak 100 m dari gerbang masuk, di panorama kita bisa melihat Merapi tapi tertutup bukit. Untuk lebih jelasnya kita harus naik ke Plawangan, tetapi karena lebih jauh akhirnya kita memilih ke Goa Jepang. Indri dan Mbak Tari tidak sampai ke goanya, mereka duduk menunggu kami di dekat penjual minuman. Sesampainya di goa, saya, Yulia dan Mbak Ninis juga hanya masuk 3 goa dari 24 goa yang ada. Cuma sebentar saja di sana, takut ditunggu teman-teman lain. Dan benar saja handphone pun tiba-tiba berbunyi, Mbak Dwi menanyakan keberadaan kami dan menyuruh cepat balik karena sebentar lagi ada sesi foto keluarga. [caption id="attachment_267373" align="alignnone" width="602" caption="Punggung Merapi"]

137420400895635494

[/caption] [caption id="attachment_267374" align="alignnone" width="602" caption="Minum dulu, haus"]

13742040451761609534

[/caption] [caption id="attachment_267375" align="alignnone" width="602" caption="Indri dan mbak Tari"]

13742040781973517709

[/caption] [caption id="attachment_267377" align="alignnone" width="400" caption="Jamur kayu"]

1374204121194418472

[/caption] [caption id="attachment_267378" align="alignnone" width="400" caption="Istri mas Rob Januar di depan Goa Jepang"]

1374204152444015607

[/caption] [caption id="attachment_267379" align="alignnone" width="400" caption="Pedagang di dekat goa Jepang"]

13742041951825360022

[/caption] [caption id="attachment_267381" align="alignnone" width="602" caption="Pulang ngebolang"]

13742042551627000957

[/caption] Keliling Kota Dengan TransJogja sampai Bermalam di Terminal Tirtonadi Solo Usai sudah acara kopdar 2 Jogja di Minggu siang, semua kampretos bersiap kembali ke tempat asal masing-masing. Saya tidak kembali ke Jakarta, tetapi ke tempat adik saya dulu di Semarang. Awalnya saya pikir bus yang mengangkut kampretos akan melewati jalur utara sehingga bisa nebeng sampai Semarang. Ternyata mereka lewat jalur selatan. Mau nebeng Om Baskoro yang orang Semarang, eh beliau dan keluarganya mau jalan-jalan dulu ke Malang. Ya terpaksa kan harus naek kendaraan umum. Untunglah ada barengan kampretos Salatiga, Mas Dhanang dan Mas Yafet, sama-sama ke arah Semarang. Kami sama-sama ke Stasiun Tugu diantar oleh Mas Bowo yang baik hati. [caption id="attachment_267383" align="alignnone" width="592" caption="Foto narsis di depan Jl.Malioboro (Dok : Yudi Nakal)"]

1374204299431433230

[/caption] Awalnya kami berniat naik kereta dari Stasiun Tugu, tetapi ternyata tiket yang jam 5 sudah habis, jadi harus nunggu loket dibuka untuk tiket jam 8. Kata Mas Dhanang, mending naik bus saja ke Solo lalu nyambung ke Semarang. Saya sih ngikut aja, yang penting ada barengannya. Di Stasiun Tugu kami bertemu lagi dengan Mas Yudi dan Mas Nino. Mereka pun sempat-sempatnya berfoto di tulisan Jl.Pasar Kembang, lalu di depan tulisan Jl. Malioboro. Setelah itu kami berpisah ke tujuan masing-masing. Ternyata mencapai Terminal Giwangan dari Malioboro bukanlah hal yang mudah dan sebentar. Kami juga harus melewati kemacetan yang luar biasa. Saya jadi teringat kota sendiri di Bogor, ternyata situasinya tidak jauh berbeda. Karena Bus TransJogja jurusan Giwangan (trayek 3A) gak muncul-muncul, maka kami naik jurusan 1A lalu turun di Janti, lalu nyambung ke Adisucipto, dan dari situ baru naik TransJogja jurusan Giwangan. Mungkin sekitar 1,5 jam lebih kami baru bisa mencapai Terminal, setelah 3 kali ganti transJogja. Mulai dari hari masih terang sampai sudah benar-benar gelap. Kayaknya kami salah info jadi sampai harus muter-muter gitu. Di terminal Giwangan, kamipun tidak mendapati bus yang masih kosong. Ada bus Mira jurusan Surabaya yang siap berangkat. Kami terpaksa naik karena takut terlalu malam, meskipun harus berdiri dan berdesak-desakan selama 2 jam. Kaki rasanya pegel banget, mana ngantuk lagi. Sekali lagi kami harus melewati jalanan yang macet, terkadang supir menyelip kendaraan di depannya dan membuat bus sedikit oleng. Dan ini benar-benar terasa bagi para penumpang yang berdiri. [caption id="attachment_267386" align="alignnone" width="500" caption="Suasana di terminal Tirtonadi (Dokumen : Yafet)"]

13742044122065500977

[/caption] Sekitar jam 9 lewat, kami tiba di Terminal Tirtonadi, Solo. Rasanya lapar dan capek, tetapi kami buru-buru masuk terminal. Ada 1 bus Royal Safari jurusan Solo-Semarang yang sedang ngetem tetapi tidak ada sopir. Penumpang di jalur Semarang sudah membludak di sisi luar dan dalam ruang tunggu. Menurut keterangan petugas terminal, busnya salah jadwal. Jadi kamipun harus menunggu sampai entah jam berapa. Setelah mengisi perut, kami kembali menunggu bus. Karena panas, kami tidak menunggu di dalam ruang tunggu, tetapi di luar sambil berjaga-jaga. Malam semakin larut, adik saya sudah sms berkali-kali menanyakan sudah sampai dimana, tetapi bus yang ditunggu belum juga muncul. Kebanyakan bus yang datang adalah jurusan Surabaya. Ada 2 bus Royal Safari yang datang lagi tetapi mereka hanya parkir saja. [caption id="attachment_267389" align="alignnone" width="640" caption="Ketiduran di Terminal Tirtonadi (Dok. Dhanang Dhave)"]

13742044522031156385

[/caption] Lewat jam 11 malam, karena sudah tidak bisa menahan ngantuk, akhirnya sempat ketiduran juga. Saya lihat mas Dhanang sudah tertidur pulas, sedang Mas Yafet masih agak terjaga. Meskipun ngantuk tetap saja tidak bisa benar-benar tertidur. Sebentar-sebentar bangun karena mendengar suara bus yang datang. Tetapi sayangnya bukan bus Solo-Semarang. Saya berpikir kalau begini pasti sampai Semarangnya pagi hari. Ternyata benar saja, bus arah Semarang baru muncul sekitar jam 2 dini hari. Itupun sudah langsung diserbu para penumpang yang membludak. Serasa melihat KRL ekonomi jabodetabek di saat jam-jam sibuk. Penumpang berebutan naik ke bus, kalau kami memaksakan diri naik pasti gak kebagian duduk, padahal kami ingin tidur enak di bus. Jadi memang harus menunggu sampai penumpang berkurang. Sayangnya kejadian itu tidak saya potret. Boro-boro motret, buka tas saja malas, saking ngantuknya hehe Akhirnya penantian 6 jam berakhir juga. Sekitar jam 3 lewat, kami baru bisa menaiki bus Taruna. Saya lihat bus Eka jurusan Semarang juga ada dan penumpang sudah mulai berkurang. Kami bisa leluasa duduk dan tidur manis di sepanjang perjalanan. Menjelang jam 5, Mas Dhanang dan Mas Yafet pamit dan turun lebih dulu di Salatiga. Sedangkan saya masih harus menempuh 1 jam lebih perjalanan menuju Semarang dan baru sampai ketika hari sudah terang. Jadilah Jogja-Semarang kutempuh dalam waktu 12 jam lebih, sungguh sesuatu banget, serulah pokoknya hehe… Sekian laporan kopdar versi saya dan terima kasih :-) Bogor, 19 Juli 2013. Baca reportase kopdar lainnya di WPC-39



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline