Lihat ke Halaman Asli

Adjat R. Sudradjat

TERVERIFIKASI

Panggil saya Kang Adjat saja

Terungkap, Heboh Lelang Sepeda Motor Presiden Karena Kesalahpahaman

Diperbarui: 21 Mei 2020   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Motor listrik Gesits yang dilelang (Kompas.com/ISTIMEWA)

Polisi telah bertindak cepat, dan langsung mendapatkan jawaban yang sesungguhnya. Kehebohan pemenang lelang sepeda motor listrik Gesits yang bertanda tangan Presiden Jokowi di saat konser amal yang diprakarsai MPR RI itu tidak bermaksud menipu.

Berdasarkan keterangan Kapolda Jambi, Irjen Firman Setyabudi, bahwa Muhammad Nuh sama sekali tidak bermaksud menipu dengan tidak membayar uang sebesar Rp 2,55 M setelah dirinya ditetapkan sebagai pemenang lelang sepeda motor listrik Gesits dalam konser amal bertajuk Berbagi Kasih Bersama Bimbo, Bersama Melawan Corona pada Minggu (17/5/2020), melainkan lantaran M. Nuh merasa tidak paham dengan acara lelang yang saat itu diikutinya.

Walhasil keriuhan di media sosial yang terjadi sebelumnya pun langsung dimentahkan berdasarkan pengakuan Muhammad Nuh di depan aparat kepolisian. Muhammad Nuh yang sesungguhnya berprofesi buruh harian lepas, dan bertempat tinggal di Sungai Asam, Kecamatan Pasar Jambi, Kota Jambi,  itu mengira dirinya sebagai pemenang hadiah dalam acara tersebut.

Lebih lanjut Kapolda Jambi menjelaskan, bahwa yang bersangkutan (M. Nuh) mengira akan mendapat hadiah. Tapi karena ketakutan ditagih, dia justru minta perlindungan kepada pihak kepolisian.

Sebelumnya dalam konser amal yang bertujuan untuk menghimpun dana dari hasil lelang berbagai jenis barang, dan di antaranya sepeda motor listrik Gesits yang betanda tangan Presiden Jokowi, itu akan didonasikan kepada warga terdampak COVID-19.

Saat lelang yang dipimpin Ketua MPR RI,  Bambang Soesatyo, disebutkan bahwa pemenang lelang motor listrik tersebut adalah seorang pengusaha asal Jambi, bernama Muhammad Nuh.  Akan tetapi setelah ditelusuri, dan dimintai keterangan, ternyata yang bersangkutan bekerja sebagai buruh harian lepas.

Sehingga dugaan penipuan, atau yang sekarang ini dikenal dengan istilah prank, sama sekali tidak benar. Bahkan sebaliknya bila melihat keadaan yang sebenarnya kehidupan Muhammad Nuh sehari-hari, sepertinya termasuk warga yang layak mendapatkan bantuan pihak pemerintah, seperti misalnya Bantuan Langsung Tunai (BLT) di tengah kesulitan hidup akibat dari pandemi virus Corona yang terjadi sekarang ini.

Selain itu, kita pun menjadi sadar, ternyata masih begitu banyak warga yang belum paham dengan suatu permasalahan - yang sesungguhnya bagi mereka yang pernah duduk di bangku sekolahan merupakan sesuatu hal cukup mudah dipahami, dalam kehidupan yang berlangsung selama ini.

Hal itu jelas menunjukkan bahwa sumber daya manusia (SDM) di negeri ini masih begitu banyak yang masih tertinggal dari sesamanya yang bernasib lebih baik dari warga lain, yang salah satunya adalah Muhammad Nuh  itu. 

Sehingga  dalam menyikapi ketimpangan itu, tidaklah elok bila dijadikan bahan tertawaan, apalagi cemoohan, melainkan sudah sepatutnya hati nurani kita semua terketuk untuk memberikan perhatian terhadap sosok semisal Muhammad Nuh. Paling tidak memberi pencerahan wawasan, bahwa kunci untuk mengejar ketertinggalan adalah dengan belajar.

Bukankah belajar tidak mengenal batasan usia. Sebagaimana orang bijak mengatakan, bahwa selama hayat dikandung badan, kita dituntut untuk terus belajar, dan belajar tiada hentinya.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline