Lionel Messi cs pantas bergembira setelah mampu melewati Belanda di perempatfinal. Laga itu memang menguras para pemain Albiceleste bukan saja secara fisik tetapi juga mental.
120 menit memang membuat napas Messi terengah-engah, namun pergulatan emosi di beberapa titik tensi plus drama adu penalti, membuat para pemain Argentina serasa pantas terlihat "mengejek" Louis Van Gaal (LVG) dan anak asuhnya.
Sebelum laga, terutama LVG memang sudah melakukan psywar dengan ceriwis sana sini. Selain mengatakan bahwa mereka bisa juara piala dunia (yang berarti dengan mudah mampu mengalahkan Argentina), LVG juga menyentil dua pemain penting Tim Tango, Messi dan Di Maria.
Messi disebut mudah dihentikan nantinya, dan Di Maria disebut bukanlah lemain yang bagus ketika dilatih LVG di MU. Psywar ini berlanjut di lapangan hijau, ketika laga memasuki masa genting, dan De Oranje mampu menyamakan skor 2-2.
Adalah striker jangkung, Woug Werghost yang menjadi kaki tangan LVG, bukan saja rajin mengintimidasi pemain Argentina sebelum masuk lapangan--yang akhirnya berbuah kartu kuning, namun juga seperti melukai lebih dalam dengan mencetak dua gol penyeimbang, dan memelototi Messi saat laga di waktu normal usai.
"Nomor 19 itu terlalu banyak bicara, pelatih Belanda juga tak menghormati kami" simpul Messi terhadap perlakuan Belanda, yang membuat Messi sedikit gemas dalam sorak gembira kelolosan mereka ke babak semifinal.
Ada yang bertanya demikian, apakah dengan melewati batu cadas seperti Belanda di perempat final, ini berarti jalan Argentina akan mulus menuju gelar Piala Dunia yang diimpikan Messi?
Jika ini ditanya terhadap pendukung fanatik tim tango, kemungkinan besar jawabannya adalah iya. Tetapi, saya tentu tidak demikian. Bagi saya, Kroasia jelas akan memberikan kesulitan yang berarti bagi Argentina, karena Kroasia bukan Belanda, memiliki kekuatan yang bisa dikatakan lebih kuat dari Belanda.
Di tulisan lain, saya menuliskan bahwa strategi psywar LVG, mengundang kemarahan Lionel Messi menjadi bumerang bagi Belanda karena memicu Messi yang berbeda, Messi yang dapat mengeluarkan kekuatan terbaiknya ketika amarahnya memuncak.
Kroasia berbeda. Tanpa psywar, bergerak dalam diam, padahal Kroasia bukanlah tim kuda hitam, Vatreni bisa disebut favorit.