Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Rumitnya Jepitan Politik untuk Jokowi Pasca Pilpres

Diperbarui: 19 Agustus 2019   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi dan Pimpinan Parpol I Gambar : Tribun

 

Dua bulan mendatang sebelum pelantikan di Oktober, tensi politik di sekitar Jokowi diprediksi akan semakin meninggi. Jokowi perlu berpikir keras dan jeli untuk memastikan struktur pemerintahannya lebih kuat dari pemerintahan sebelumnya.

Di atas kertas mungkin akan terlihat mudah, tetapi geliat politik yang kerap berubah membuat Jokowi seperti dijepit dalam berbagai kepentingan politik yang terjadi. Jepitan politik Pasca Pilpres hingga saat ini terlihat rumit bagi Jokowi.

Ada yang perlu dipahami bahwa sistim presidensial-multipartai yang kita anut meniscayakan adanya koalisi, Kekuatan politik presiden terpilih seperti Jokowi masih kurang untuk mengunci single majority di parlemen.

Apalagi harus dipahami bahwa kombinasi kepentingan presidensial-multipartai ini akan sulit untuk menciptakan untuk koalisi yang bersifat permanen, karena fragmentatif akan berubah karena koalisi politik yang kerap berubah sebelum pilpres dan pasca pilpres.

Pada Koalisi Pra-Pilpres untuk memenangkan pemilu maka ketersediaan figur dengan elektabilitas yang mencukupi untuk memenangkan pertarungan menjadi amat penting. 

Inilah yang membuat fragmentasi menjadi terbagi dua dengan figur Jokowi dan Prabowo menjadi dua titik magnet utama. Meskipun secara matematis ada peluang untuk mendistribusi lebih banyak pasangan calon presiden dan wakil presiden namun variabel ketersediaan figur dengan potensi menang tinggi dan kemampuan membangun lobi tidak dimiliki semua partai.

Koalisi pasca pilpres, situasi berubah, fragmentasi yang terbentuk juga berubah. Meski seorang Capres bisa mendapat suara signifikan dalam Pilpres, dukungan politik di parlemen tak bisa diabaikan agar pemerintahan berjalan efektif.

Secara teoritis pemenang Pilpres bisa memilih bagaimana koalisi terbangun untuk mendapat dukungan mayoritas di parlemen, hanya persoalannya, pemenang Pilpres tidak dapat mengabaikan dukungan dari partai pendukung, baik yang mendapat electoral vote signifikan ataupun yang tidak lolos di parlemen.

Jokowi nampak terjebak dalam jepitan keduakepentingan ini. Logika matematika politik menjadi amat rumit bagi seorang Jokowi.

Jika Jokowi ingin idealis untuk memastikan kekuatan parlemen menjadi kuat dengan postur yang besar, maka persoalannya adalah roti yang dibagikan akan menjadi kecili-kecil dan bisa saja tidak diterima oleh partai pendukungnya sebelum Pilpres.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline