Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Dwi Hartanto, Carlos Kaiser, dan "Mythomania" di Sepak Bola

Diperbarui: 12 Oktober 2017   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Carlos Kaiser dan Zico (Sbr : The Guardian)

Kaiser sukses membangun 20 tahun karier sebagai penyerang tanpa mencetak satu gol pun!

Istilah psikologis Mythomania sekejap menjadi terkenal di dunia maya seiring dengan peristiwa permintaan maaf Dwi Hartanto, mahasiswa doktoral di Technische Universiteit Delft Belanda, yang telah melebih-lebihkan informasi terkait pribadi, kompetensi dan prestasinya selama di Belanda.

Dengan lihai dan meyakinkan Dwi menceritakan mengenai pertemuannya dengan BJ Habibie, latar belakang pendidikan hingga prestasi di bidang antariksa. Sempat diundang dalam salah satu talk show, Dwi seperti dapat menebarkan pesona yang mampu memanipulasi orang lain.

Media-media terpercaya nasional pun ikut mempercayai cerita "mitos" Dwi yang memang pandai menemukan kalimat dan sikap yang tepat sehingga diakui dan dibanggakan oleh orang-orang yang mendengarnya. Padahal semuanya adalah kebohongan, imbasnya pihak KBRI Den Haag mencabut penghargaan yang telah diberikan pada Dwi.

Meski diperlukan penelitian tentang gangguan psikologis mendalam sesudahnya, namun Dwi dicurigai sedang mengalami gangguan mythomania atau disebut mythomaniac. Istilah yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1905 oleh seorang psikiater bernama Ferdinand Dupre.

Fenomena Dwi Hartanto ini ternyata juga pernah terjadi di dunia sepak bola, bahkan lebih mencengangkan. Pria Brasil bernama lengkap Carlos Henrique Raposo adalah orangnya. Kepribadian melenceng Raposo mungkin dimulai ketika dia menjuluki dirinya sendiri dengan Kaiser, sehingga lebih dikenal dengan Carlos Kaiser.

Berkarir di antara tahun 1980 hingga 1990-an, Kaiser tidak memiliki kemampuan mumpuni sebagai seorang pesepak bola. Hasilnya, dia harus cepat dipulangkan dari Meksiko saat mengadu nasib disana. 

Namun sesudah balik ke Brasil, kemampuan Kaiser sebagai seorang mythomaniac baru nampak jelas. Kaiser berhasil memulai pertemanan dengan bintang-bintang Brasil yang tengah menanjak saat itu seperti Romario, Bebeto, Edmundo hingga Ricardo Rocha.

Sesudah itu Kaiser mulai menjual dirinya kepada klub-klub lain dengan bermodalkan cerita bahwa dia memiliki kemampuan setara dengan bintang-bintang Brasil lainnya sehingga klub-klub mau melirik bahkan merekrutnya.

Memiliki postur yang bagus, sangat ideal untuk pemain bola (seperti Dwi Hermanto yang berkacamata yang terlihat ideal bagi seorang ilmuwan), bukan klub-klub kecil saja yang meliriknya namun empat klub besar Brasil seperti Flamengo, Fluminense, Botafogo dan Vasco da Gama telah tercatat menjadi klub yang pernah disinggahinya.    

Saat dikontrak Botafogo, Kaiser berlaku sebagai pemain bintang dengan terus membawa telepon genggam dan sibuk menanti kontrak dari klub-klub Eropa. Modal tambahannya adalah Bahasa Inggris yang tak karuan. Ternyata telepon genggam yang dibawa oleh Kaiser adalah telepon mainan. Wah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline