Lihat ke Halaman Asli

Sabarniaty Saragih

Ibu rumah tangga dengan tiga anak

Pekan ASI Sedunia, Ibu dan Problematika Menyusui

Diperbarui: 6 Agustus 2020   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : nakita.grid.id


Pada umumnya, melahirkan seorang anak adalah  kebanggaan seorang wanita. Tangisan bayi pertama kali melenyapkan semua kekuatiran dan kesakitan. Menghadirkan manusia baru ke dunia bak sebuah keajaiban.

"Kenapa memakai dot? Menyusui adalah kodrat perempuan, tidak ada alasan malu", kata seorang dokter memarahiku ketika aku membawa anakku yang masih berumur 2 bulan berobat karena badannya panas mencapai 38 derajat. Alih-alih langsung memberi obat, si Dokter malah menceramahiku tentang menyusui sebelum akhirnya dia menuliskan resep.

Aku sedang membiasakan bayiku dengan dot agar dia terbiasa jika nanti aku kembali bekerja. Dan ternyata itu adalah sebuah kesalahan karena menyebabkan anak bingung puting.

Menurut pengalamanku ada 3 alasan mengapa seorang anak tidak mendapat ASI dari ibunya, yaitu:

1. ASI tidak keluar atau produksi ASI sedikit

2. Alasan pekerjaan

3. Kurangnya pemahaman ibu tentang ASI.

** ASI tidak keluar atau produksi ASI sedikit.

Sebenarnya tidak ada istilah ASI sedikit karena katanya tubuh memproduksi ASI sesuai kebutuhan bayi, tapi dalam pengalamanku melihat saudara dan teman, memang ada yang produksi ASInya tidak mencukupi. Segala usaha sudah dilakukan, mulai dari soal makanan bahkan konsultasi ke konselor ASI. Sayangnya ada yang tidak berhasil hingga harus memberi susu formula kepada anaknya.

Kadang aku merasa kita tertinggal dari ibu-ibu jaman dulu. Jaman dulu rasanya ASI jarang bermasalah. Aku pernah menanyakan ke beberapa orangtua bagaimana jika seorang ibu tidak bisa menyusui bayinya karena sakit? Katanya bayi tersebut akan disusui ibu lain.

"Eh anak lu kok dikasi sufor, enggak sayang anak apa lu?", Ini pertanyaan yang bikin aku kesal. Produksi ASI sedikitpun sudah bikin kesal, ditambah kesan kita tidak sayang anak, kesalnya jadi double.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline