Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Puisi | Rombongan Telinga

Diperbarui: 15 Juni 2020   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Pixabay.com

Rombongan telinga pergi mendaki
dan tak kenal jalan kembali

Nyanyian rumput dilupakan
gelegar petir diabaikan

Tapi siapa gerangan
menitahkan perjalanan?

"Rombongan mulut
rombongan mulut
rombongan mulut"

"Demi tampil menawan
di depan para tuan
telinga-telinga dibiarkan tuli
lalu mati"
sahut lumut dan batu di tepi jalan

Arman Syarif | Gowa, 15 Juni 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline