Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Kembali ke Seragam Coklat dan Refleksi di Hari Pramuka ke-64

Diperbarui: 14 Agustus 2025   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya dan Pramuka Indonesia di Tawau, sunber FOTOfoto: dokpri Aris Heru Utomo

14 Agustus selalu menjadi momen istimewa bagi keluarga besar Gerakan Pramuka di seluruh Indonesia. Hari Pramuka diperingati setiap tanggal 14 Agustus, dan pada tahun 2025 ini Pramuka Indonesia merayakannya untuk ke-64 kalinya. 

Tahun ini, tema yang diangkat adalah "Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Bangsa",  sebuah pesan yang mengajak seluruh anggota Pramuka untuk memperkuat kerja sama lintas generasi, lintas wilayah, dan lintas bidang demi masa depan Indonesia yang tangguh.

Memperingati Hari Pramuka tahun ini, saya merasakan hal yang berbeda. Bagi saya, peringatan tahun Bukan sekadar upacara seremonial, melainkan perjalanan pribadi yang membawa saya kembali pada kenangan puluhan tahun silam.

Pada 29 Mei -- 2 Juni 2025 lalu, saya menghadiri pembukaan Jambore Pramuka Antarbangsa ke-3 di Tawau, Sabah, Malaysia. Acara ini mempertemukan para Pramuka dari tiga negara yaitu Indonesia, Brunei Darussalam, dan tuan rumah Malaysia. Bukan hanya menghadiri pembukaan, Saya pun meninjau tempat perkemahan dan melihat aktivitas yang mereka lakukan, khususnya perkemahan Pramuka Indonesia. 

Yang membuatnya spesial, saya hadir dengan seragam Pramuka, untuk pertama kalinya sejak terakhir kali mengenakannya saat duduk di bangku SMP, puluhan tahun lalu.

Begitu seragam itu melekat di tubuh, ingatan saya melayang pada masa kecil ketika masih menjadi anggota Pramuka di SD hingga SMP kelas 1. 

Sebagai anggota pramuka, dengan nama regu "Garuda",  saya pernah ikut jambore mulai dari tingkat kecamatan di Tanjung Priok, Jakarta Utara, hingga tingkat daerah dan nasional di bumi perkemahan Cibubur. Semua kenangan itu menyeruak kembali ketika saya menyaksikan para Pramuka di Tawau mendirikan tenda di tanah becek akibat hujan, lalu tinggal di dalamnya dengan penuh semangat.

Saya jadi teringat sensasi dingin malam saat tidur di tenda, sibuk menyalakan kompor untuk memasak nasi atau mi instan serta menyeduh teh atau kopi, hingga momen hangat berkumpul di sekitar api unggun. 

Ada pula keseruan mengikuti lomba halang rintang, membaca peta, praktik pertolongan pertama pada kecelakaan, praktik tali temali,  hingga lomba seni. Lebih dari itu, ada rasa persaudaraan yang tumbuh ketika bertemu dan berkenalan dengan Pramuka dari sekolah dan gugus depan berbeda.

Dari semua pengalaman itu, saya menyadari bahwa Pramuka bukan hanya soal keterampilan di alam terbuka, tetapi juga tentang membentuk karakter seperti melatih kedisiplinan, menumbuhkan rasa persatuan, mengajarkan kepedulian terhadap lingkungan, dan menanamkan cinta tanah air.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline