Lihat ke Halaman Asli

Ari Indarto

TERVERIFIKASI

Guru Kolese

Orang-Orangan Sawah yang Mulai Berulah

Diperbarui: 21 Maret 2023   05:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang-orangan sawah (Sumber:Roger King-Pixabay.com)

Orang-orangan sawah. Petani mulai sibuk untuk menjaga sawah. Tanaman yang mulai menghijau nan luas tak kunjung padam untuk melihat. Menghijau sebagian, menguning sebagian. Tanah ini harus aman dari segala macam ancaman. Bukan hanya burung, tapi juga orang-orang perusak kebiasaan.

Petani-petani tidak mau kehilangan jutaan hektar tanaman hijau. Sawan-sawah yang begitu menjanjikan kehidupan mulai menyediakan kebaikan. Bukan hanya untuk anak-istri yang lama menunggu memberi berbagai keperluan, persawahan yang maha luas ini juga menyediakan kehidupan ribuan orang di negeri ini. 

Ancaman-ancaman datang. Bukan hanya si burung yang mulai mencuri sedikit demi sedikit biji-bijian padi. Burung-burung besar mulai menyasar ular-ular yang mulai siap bertelur di antara padi-padi. Tikus-tikus mulai datang, musang mulai datang, dan hewan-hewan mulai datang. Manusia-manusia berhati jahat pun mulai datang. 

Manusia-manusia seberang mulai mengukur dan melihat biji-biji kehidupan. menimbang dan mulai memberikan jutaan rupiah untuk tebusan. Semua menyerah, semua petani terkadang tak kuasa, kebutuhan-kebutuhannya mulai digadaikan kepada orang-orang yang berpunya. 

Boneka besar

Namun, petani-petani tak mau kalah. Dibuatnya boneka besar, tinggi, gagah perkasa. Boneka bule dipasangnya di tengah sawah sebagai pertanda bahwa tanamam yang mulai menguning itu tidak akan digadai dan dijual kepada siapapun. Di desa itu akhirnya semua petani membuat boneka besar yang ditempatkan di tengah persawahan. Ada boneka besar hitam dengan mata melotot. Ada boneka besar putih dengan pakaian compang-camping. Ada boneka besar tanpa baju. Ada boneka besar yang naik sepeda motor. Bermacam-macam boneka dibuat petani dengan berbagai macam harapan dan keinginan, agar ribuan sawah itu aman dari ancaman. 

Petani-petani itu  tidak ingin istrinya hanya makan uang receh belaka. Orang-orangan ini dianggap sanggup untuk mengusir berbagai keinginan untuk melindungi tanaman dari tengkulak-tengkulak yang memaksa membeli dengan harga murah. Ia tidak ingin setiap tahun tengkulak-tengkulak dengan rombongan preman datang menyodorkan jutaan rupiah menghancurkan harapannya. Ada uang tapi tidak ada kehidupan. Petani-petani tidak ingin hidup hanya dengan uang belaka. 

Desa petani itu kini berpesta. Jutaan sawah aman dari segala mara bahaya. Panen pun dimulai. Ribuan ton padi mengisi lumbung-lumbung desa yang biasanya kosong. Kini desa itu telah dipenuhi dengan padi, dan petani-petani mulai merasakan kebahagiaan. Kerja keras selama berbulan-bulan bisa dinikmati. Biasanya, setiap panen petani itu hanya bisa melihat orang-orang kota memanen hasil garapannya. Uang di kantong tapi kebahagiaan tidak dirasakan di desa petani itu. Kini segalannya telah kembali, desa itu merasakan kehidupan sebagai sebuah desa petani. Sawah benar-benar menghidupi dan menjadi kehidupan bagi mereka. 

Berbulan-bulan, bertahun-tahun desa pertani hidup dalam ketentraman. Desa itu merasakan ketentraman, pangan tersedia dengan melimpah, meski uang tidak cukup tersedia. Bagi desa itu, kebahagiaan utamanya adalah pangan yang berlimpah untuk keluarga dan anak cucunya. Orang-orangan sawah telah menyelamatkan desa itu dari tengkulak-tengkulak jahat. 

Damai yang terusik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline