Lihat ke Halaman Asli

Ari Indarto

TERVERIFIKASI

Guru Kolese

Menilik Kembali Arti Bertetangga

Diperbarui: 26 November 2022   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bertetangga (Freepik)

Saat ini Bumi menjadi satu-satunya tempat ternyaman untuk ditinggali. Meski dengan kenyamanan itu pun pada akhirnya harus ditebus dengan semakin banyaknya manusia-manusia baru lahir di Bumi. Kita bertambah saudara, tetapi kita semakin tidak nyata.

Jumlah manusia per 15 November mencapai 8 miliar. Sebanyak 2,34 miliar berada di Asia Timur dan Asia Tenggara. Ternyata pertumbuhan manusia ini semakin lama semakin cepat. Kita tidak akan pernah tahu, apa yang akan terjadi 10 tahun, 20 tahun, atau 50 tahun yang akan datang. Apakah daratan seluas 148.940.000 km2 cukup untuk kita tinggali bersama-sama. Kemanakah kita akan mencari dan menemukan tempat untuk kita tinggali?

Kita bisa merasakan bagaimana kota-kota besar di seluruh dunia semakin padat dan ramai. Bahkan kita begitu merasakan bahwa kota-kita di Tanah Air juga semakin membludak, begitu banyak orang. Setiap hari, setiap waktu, kita selalu berhadapan dengan begitu banyaknya masyarakat yang berkerumun, berdesak-desakan, dan saling berebutan. Semakin hari semakin tidak terkendali. 

Dengan semakin banyaknya manusia, seharusnya jarak kita dengan orang lain pun akan semakin dekat. Dalam kondisi itu seharusnya kita saling bisa mengenal satu sama lain. Ketika kita semakin banyak, ketika semakin sering bertemu dengan orang lain, sewajarnya kita juga semakin dekat.

Namun, kondisi ternyata sebaliknya. Kita semakin beringas, bersaing, berebutan dan menganggap bahwa orang lain adalah mangsa kita. Kadang menjadi sebuah kepuasan ketika bisa mengalahkan orang-orang di sekeliling kita.

Tidak mengherankan, orang tua didesak-desak masuk kereta, ibu-ibu hamil didorong-dorong masuk bus kota, atau kaum difabel yang seharusnya kita perhatikan justru diserobot tempat duduknya. 

Kita merasakan bahwa kita semakin banyak mempunyai tetangga, semakin banyak mempunyai saudara sesama manusia. Namun, yang terjadi kita semakin jauh, kita semakin tidak kenal dengan orang-orang di sekitar kita. 

Peristiwa-Peristiwa Nyata

Jika sepuluh tahun yang lalu, kita bisa dekat satu sama lain dengan tetangga kita. Kita dengan tetangga tidak terpisahkan oleh tembok raksana. Sekarang boro-boro kita saling sapa dengan tetangga, tembok tinggi begitu menjulang. Kita tidak tahu apa yang dilakukan tetangga kita, kita buta dengan kondisi yang terjadi di sekitar kita. 

Kita bisa melihat berbagai macam kasus yang terjadi di tengah masyarakat. Kematian ibu dan Anak di Subang pada tahun 2021 yang lalu sampai sekarang masih menjadi misteri. Tidak ada yang tahu, bagaimana keduanya tewas mengenaskan. Bahkan, pada bulan Juni 2022, seorang pria penghuni indekos di kawasan Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan ditemukan meninggal. Dia hidup sendiri, tidak dikenal orang oleh sekeliling, bahkan orang-orang yang masih dalam satu indekos. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline