Lihat ke Halaman Asli

Mari Belajar dari Baduy

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

134107121632638708

Waktu menunjukkan pukul satu siang ketika kami tiba di Cijahe, batas terakhir antara teknologi dengan Kampung Baduy. Hujan deras ikut menemani makan siang kami, di pondokan Pak Yani yang terletak di pintu masuk (jalur belakang) Baduy. Untuk mencapai Kampung Baduy Dalam, ada dua jalur yang bisa dilewati yaitu melalui Ciboleger atau melalui Cijahe. Lewat Ciboleger (awas jangan salah tulis), dibutuhkan waktu sekitar lima jam perjalanan untuk mencapai Desa Cikeusik di wilayah Baduy Dalam, sementara melalui Cijahe hanya perlu waktu satu jam. Jika kamu mempunyai jiwa petualang dengan stamina yang menawan bisa mencoba masuk ke Baduy Dalam melalui Ciboleger, sementara kalau kamu mulai bermasalah karena faktor U disarankan menempuh perjalanan melalui Cijahe.

[caption id="attachment_198010" align="aligncenter" width="461" caption="You must follow the rules, and watch your steps carefully."][/caption] [caption id="attachment_198011" align="aligncenter" width="461" caption="Anda memasuki kawasan hak ulayat masyarakat Baduy"]

1341071613418459957

[/caption]

1. Baduy dan Keramahan

Selepas hujan reda, tiga orang (selanjutnya, sebut saja Trio Libels) dari perkampungan Baduy Dalam datang menjemput kami. Sebelum menginjakkan kaki di Baduy, saya beranggapan bahwa masyarakat Baduy terdiri dari orang-orang yang kaku dan sangar. Namun anggapan tersebut dimentahkan oleh Trio Libels ini, dengan kehangatannya mereka bercakap-cakap dengan kami di sepanjang jalan (mendaki gunung, lewati lembah) menuju Desa Cikeusik, Baduy Dalam. Terlepas dari penampilan fisik mereka yang mengingatkan saya pada kumpulan Hobbits di Lord of The Rings, ternyata mereka ramah dan lucu loh!

[caption id="attachment_198057" align="aligncenter" width="461" caption="Pemandangan yang didapat dalam perjalanan menuju Cikeusik"]

1341100237788739059

[/caption]

[caption id="attachment_198013" align="aligncenter" width="461" caption="Mendaki gunung, lewati lembah"]

13410720572139038182

[/caption]

Salah satu dari mereka, bernama Ralim. Ya, Ralim saja. Hanya satu kata, tanpa embel-embel lain seperti Martabak Ralim atau Ralim di luar nikah. Pak Ralim ini, menurut saya adalah yang terlucu dari penduduk Baduy yang saya temui pada perjalanan ini. Kata-kata favoritnya adalah "O..ke", "Sipp", dan bahkan Beliau bisa mengucapkan "Cheese!" sambil membentuk huruf V dengan jarinya (jari tangan, bukan jari kaki. -red).

[caption id="attachment_198015" align="aligncenter" width="277" caption="Cheese! "]

13410723141373208413

[/caption]

2. Baduy dan Kesederhanaan

Sekitar pukul 16:00 (waktu jam tangan), kami memasuki Desa Cikeusik yang merupakan Kampung Baduy Dalam tertua (kata guide kami, bukan kata Olga Syahputra. -red). Rumah-rumah di Desa ini seluruhnya terbuat dari kayu dan batu, tanpa besi maupun bahan pengawet dan pemanis buatan. Sejauh pengamatan saya, tak ada kemewahan yang hadir di sini. Kamu tak akan menemukan jacuzzi, gym, mobil mewah, ataupun Spa and Karaoke di sini.

[caption id="attachment_198058" align="aligncenter" width="461" caption="Rumah penduduk Baduy (foto diambil di wilayah Baduy Luar)"]

13411003351740173725

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline