Lihat ke Halaman Asli

Alexander Arie

TERVERIFIKASI

Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Meresapi Ramadan di Masjid Raya Baiturrahman

Diperbarui: 16 Mei 2019   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Sejak kerjanya keliling-keliling kota, saya selalu ingin dapat penugasan ke tiga tempat. Pertama, ke Papua. Untunglah sudah kelakon pada tahun pertama kerja. Kedua, ke Kalimantan, berhasil pada tahun ketiga kerja dengan injakan kaki di Banjarmasin dan beberapa bulan kemudian ke Palangkaraya.Nah, ketiga, saya ingin sekali ke Banda Aceh. Soalnya, sebagai Putra Jawa Kelahiran Sumatera alias Pujakesuma, hanya Aceh-lah bagian dari tanah Sumatera yang belum pernah saya jejaki. Provinsi lain sudah, ya setidaknya lewat doang ketika naik bis dari Bukittinggi ke Pulau Jawa.

Untunglah, keinginan itu terkabul juga. Masalahnya, tujuannya adalah kerja, bukan traveling. Jadi kalau mau sambil traveling, ya harus pintar-pintar.
Ke Museum Tsunami jelas tidak bisa, karena jam kerja di kantor dengan jam buka museum sama persis. Paling hanya lihat dari luar. Mau ke kapal besar yang terbawa sampai ke tengah kota, saya kok serem mau sore-sore ke situ.

Jadilah, pilihan satu-satunya dan kebetulan pilihan terbaik adalah ke Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.

Syukur kepada Allah bahwa di Banda Aceh sudah ada ojek online, sebagaimana di nyaris setiap ibukota provinsi yang ada di Indonesia. Jadinya, saya yang nggak paham Banda Aceh bisa dalam dua kali pencet bisa sampai ke saksi sejarah Banda Aceh ini.

Masjid Raya Baiturrahman dibangun dalam rengang 1606-1636, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda dengan tujuan awal sebagai pusat pengajaran ilmu agama yang ada di Nusantara. Diketahui bahwa banyak pelajar dari berbagai daerah di Nusantara datang ke tempat ini, termasuk juga dari India, Turki, Persia, dan bahkan Arab.

Masjid ini punya kisah mengagumkan pada tahun 2004 ketika bencana tsunami melanda Banda Aceh. Bersama dengan Gereja Katolik yang letaknya tidak jauh, dua bangunan rumah ibadah ini relatif tidak mengalami kerusakan. Masjid Baiturrahman bahkan menjadi salah satu tempat berlindung.
Gaya Kesultanan Turki Ustmani sangat khas di Masjid ini. Dominasi warna putih dengan kubah hitam yang berukuran besar dengan 7 menara yang mengelilinginya. Kapasitas Masjid ini sendiri bisa mencapai 2000 jamaah.

Terlebih sebagai daerah dengan syariat Islam, posisi Masjid Raya Baiturrahman menjadi semakin penting. Tidak sedikit negara yang melakukan studi banding kehidupan beragama ke Banda Aceh dan tentu saja ke Masjid ini.

Apalagi, Banda Aceh sudah ditetapkan sebagai World Islamic Tourism oleh Kementerian Pariwisata sebagaimana diwartakan Medan Bisnis Daily, sehingga Banda Aceh tentu tidak main-main dalam mengembangkan wisatanya terlebih Masjid Raya Baiturrahman sebagai pusatnya.

Hal yang unik di Masjid ini adalah lahannya yang begitu luas. Alas kaki sendiri bukan kita titip sebelum masuk bangunan Masjid, melainkan sebelum masuk ke area Masjid. Penitipan di luar menggunakan kantong plastik yang diberi nomor dan sejauh ini sih tidak rentan hilang. Untuk penitipan ini kita bisa memberikan infak seiklasnya.

Terutama di Bulan Ramadan, Masjid Baiturrahman ini semakin ramai karena semakin banyak umat yang ingin memperdalam agamanya di bulan yang suci. Tapi tenang saja, karena areanya yang cukup luas, tentunya tidak masalah. Setidaknya, bisa menikmati suasana Bulan Ramadan di tempat yang sangat tepat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline