Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Serunya 4 Kompasianer Jelajah Wilayah Tengger

Diperbarui: 1 April 2019   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3 K'er dan teman di depan gerbang TN BTS Malang

Rabu, 27 Maret 2019

Sesuai dengan kesepakatan bersama Mbah Ukik & Lilik Sinden, Mas Rahab Ganendra, Mbak Tamita Wibisono, dan Mbak Aridha Prasetya pada Rabu, 27 Maret 2019 jam 10.30 berkumpul di stasiun Kota Baru Malang untuk mengawali jelajah wilayah Tengger dan sekitarnya selama 3 hari.

Setelah bertemu & berkenalan serta berbincang sejenak pada jam 11 tepat kami langsung menuju Desa berangkat. Jam 11.15 istirahat sejenak sambil menikmati nasi tempong di warung pinggir sawah yang sedang panen sawi.

Jam 12 kurang sedikit kami langsung meluncur ke Desa Kemulan untuk menaruh bekal dan berganti kendaraan. Bila tadi naik sedan jadul kini naik jeep Toyota Hardtop menuju Desa Ngadas dan melewati jalur tikungan pertama Coban Pelangi yang tiga sebelumnya longsor karena derasnya hujan.

Jemplang pada hari pertama. Foto: Rahab Ganendra

Mbak Aridha P, sedang meditasi di wilayah Watu Gedhe. Dokpri

Sekitar jam satu siang kami sudah sampai di Vihara Paramita, Ngadas untuk melihat dan mengenal  upacara puja bhakti Reboan karena diadakan setiap hari Rabu. Kesempatan ini digunakan Mas Rahab G untuk hunting photo dan Mbak Tamita berbincang dengan umat Buddha Jawa Sanyata. Sedang penulis, istri, dan Mbak Aridha mengikuti ritual. Namun pada akhir ritual semua berbincang dengan umat Buddhis di sana.

Selesai melihat ritual, penulis sedikit memaksa 3 K'er untuk berjalan kaki menyusuri jalanan naik turun di atas punggung bukit sejauh 1 km untuk mengenal Desa Ngadas. Karena saat itu sedang ada persiapan pengukuhan panitia KPPS, maka bincang-bincang dengan tokoh dan aparat Desa Ngadas batal.

Dengan sedikit terengah, kami kembali ke Vihara Paramita berjalan kaki. Selanjutnya meluncur ke Jemplang untuk melihat kaldera, Bromo, dan Semeru. Namun cuaca kurang mendukung. Hanya kabut dan bentangan kaldera yang kelabu dan semburan Bromo yang tampak. Sebagai hiburan maka kami hanya bisa menikmati bakso dan kentang Ngadas yang bikin heboh 3 K'er.

Jam 4 sore kami kembali ke Desa Kemulan dan langsung menuju Padepokan Seni Mangun Darmo tempat kami menginap. Padepokan yang merupakan rumah kayu berlantai dua dengan aneka pernak-pernik perlengkapan seni tari yang dilengkapi seperangkat gamelan, ini sengaja penulis pilih untuk memberi suasana berbeda yang dirasa tak mungkin pernah dialami 3 K'er ini. 

Di sini penulis dan pasangan sedikit bernostalgia, sedang 3 K'er lain menikmati dengan cara sendiri. Yang jelas Mas Rahab jeprat-jepret.

15-5ca0e99c9715947f5f531373.jpg

Dok: Rahab G

Dok. Rahab G

Jam 12.00 kami meluncur menuju Cemoro Lawang di Desa Ngadisari, Probolinggo dan Bukit Seruni. Robohnya beberapa pohon akasia hutan yang dihantam badai erupsi 10 hari sebelumnya menjadi pemandangan yang menarik.

Jalan, hutan, dan suasana menjadi begitu kelabu apalagi hembusan angin masih cukup deras serta gerimis mulai turun sehingga kami tak bisa berbuat apa-apa selain menikmati bakso Cemoro Lawang dan secangkir kopi dan wedang jae peprek sebagai penahan dingin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline