Lihat ke Halaman Asli

Harun Ar Rasyid, Khalifah dan Diplomat Masa Keemasan Islam

Diperbarui: 30 Oktober 2019   05:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, umat islam telah membuat terobosan hebat dengan membuka alur baru bagi kehidupan akal dan perkembangan ilmu pengetahuan dan kreatifitas akal dalam menemukan hal baru. Hal ini merupakan evolusi besar dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran dari berbagai bangsa, terutama Arab dan Persia. Dengan melalui alur yang sama mereka mampu mengembangkan hal tersebut menjadi hal yang lebih tinggi dan bertingat-tingkat dan masih merupakan kesatuan dalam ilmu dan keislaman.

Para Khalifah di zaman itu sangat mencitai ilmu. Dengan kecintaan ini, mereka sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan di masa tersebut dan bahkan rakyat pun ikut andil dan terlibat di dalamnya sekaligus berperan penting dalam proses tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa di masa Daulah Abbasiyah, Ilmu Pengetahuan dan tradisi pemikiran sangat dicintai dan dikembangkan, sehingga peradaban islam berada dipuncaknya di masa itu. Dibalik popularitas Daulah Abbasiyah ini ada tokoh khalifah yang berperan penting dalam pengembangan serta reservasi ilmu pengetahuan dan tradisi keilmuan di masa itu, yaitu Harun Ar Rasyid. Zaman ini bisa dikatakan sebagai puncak dari kegemilangan dalam sejarah peradaban islam. Pemerintahaan ketika itu sanagt menikmati segala bentuk kebesaran dan keagungan dari ilmu pengetahuan.

Harun Ar Rasyid dilahirkan pada bulan Februari tahun 763 M di Rayy. Ayahnya adalah Khalifah ketiga dari Bani Abbasiyah, Ibunya bernama Khaizuran yang merupakan seorang wanita sahaya dari Yaman dimerdekakan oleh Al Mahdi. Harun Ar Rasyid memperoleh pendidikan di istana, baik itu pendidikan agama maupun dengan ilmu pemerintahan. Ia telah memiliki kecerdasan yang tinggi ketika masih kecil, sehingga ia menjadi terpelajar, cerdas, fasih berbicara, dan berkepribadian yang kuat. Bahkan di usia yang masih muda, ia dipercaya untuk membantu dalam urusan pemerintahan oleh ayahnya

Ketika mendengar nama Khalifah ini, tidak asing ditelinga umat islam bahwa kesuksesannya ketika memimpin Daulah Abbasiyah di masa lampau mampu menjadi role mode perkembangan ilmu pengetahuan dari barat. Dengan kemajuan IPTEK di masa khalifah ini, islam menjadi pusat peradaban dunia. Selain dengan kegemarannya sebagai pecinta ilmu, Harun Ar Rasyid juga merupakan seserang yang gemar dalam menjalin hubungan dengan wilayah lain. Seperti Kerjasama Harun Ar Rasyid dengan Charlemagne yang merupakan Raja dari Prancis.

Charlemagne Agung bisa dikatakan sebagai patner sekaligus sahabat dari Harun Ar Rasyid. Dengan proses negosiasi yang cukup mudah, Charlemagne mampu dirangkul oleh Khalifah Harun menjadi sekutu nya. Penyebab dari tertariknya Charlemagne untuk menjalin kerjasama dengan Harun adalah karena Charlemagne mempunyai musuh yang kekuasaanya berdekatan dengan wilayah Abbasiyah yaitu Maharani Irene dari Kekaisaran Romawi Byzantium. Dan sebaliknya, Harun Ar Rasyid memiliki lawan yang wilayahnya berdekatan dengan wilayah Charlemagne yaitu Amir Abdurrahman I di Cordoba.

Sementara Charlemagne dan Irene berebut pengaruh atas keabsahan mereka dalam kekuasaan tertinggi atas seluruh negeri kaum nasrani dengan intervensi dari Paus di Roma dengan Patriarkh Agung Konstantinopel yang berujung ke Perang Salib dan Schisma Akbar 1043. Sedangkan Harun Ar Rasyid juga masih bertikai dengan Abdurrahman terkait penggulingan Daulah Umayyah di Damaskus oleh Daulah Abbasiyah pada 750. Dengan melihat hal ini, Khalifah Harun mendapatkan peluang untuk bekerja sama dengan Charlemagne untuk menggulingkan kekuasaan Abdurrahman di Cordova dan begitu pula sebaliknya. Dari kerjasama ini, Harun Ar Rasyid mendapatkan hadiah jam yang bagi masyarakat barat, hal itu masih merupakan barang aneh. Selain menjalin kerjasama dengan Charlemagne, Harun Ar Rasyid juga menjalin kerjasama dengan Kaisar China dan saling bertukar hadiah sebagai tanda pengakuan atas kekuasaan masing-masing. Pengiriman duta ke China juga merupakan misi penyebaran agama Islam sekaligus pengembangan pasar ekonomi untuk kemajuan Daulah Abbasiyah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline