Lihat ke Halaman Asli

Ulama Jaga Harmoni Bangsa

Diperbarui: 14 Desember 2018   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Antara.com

Jika kita menitipkan anak ke pondok pesantren atau yang baru menjadi santri, umumnya akan membaca sebuah kitab yang berjudul  Ta'limul Muta'allim Thariqah Litta'allum. Pengarangnya adalah Syeikh Azzarnuji. Kitab ini adalah panduan bagi pelajar bagaimana cara menuntut ilmu.

Satu bagian dalam bab ini berbincang soal bagaimana menghormati guru. Misalnya seorang santri sebaiknya tidak berjalan di depan gurunya. Tidak duduk di tempat gurunya dan tidak mulai berbicara dengan izin guru.

Syeikh Azzarnuji menulis bahwa syarat sukses menuntut ilmu adalah mendapatkan keridhaan sang guru. Kiai Hasyim adalah salah satu contoh santri yang berhasil mendapat ridha kiai sehingga menjadi orang besar.

Jika kita masuk dalam pondok pesantren , kita akan menemukan santri yang begitu menghargai gurunya. Mencium tangannya. Hormat takzim. Membawakan tasnya. Dan belajar sungguh-sungguh atas ilmu yang dipelajarinya. Tentu guru akan merasa bahagia bila ada anak didiknya yang dapat berhasil dalam ilmu yang dipelajarinya.

Jika seseorang sudah keluar dari pesantren , dia tidak akan lupakan pesantrennya. Dia akan membaktikan sebagian harta atau waktunya untuk almamaternya itu sehingga pesantren terus maju dan berkembang. Baginya guru dan pesantren memberi dasar kuat dan penting untuk berpijak dalam menghadapi hidup.

Dalam konteks Negara juga demikian. Sering kita dapati bangsa dalam keadaan yang tidak harmoni. Banyak pihak yang inginkan hal-hal yang berbeda. Ulama sering diminta Negara untuk mengajarkan soakl kerukunan kepada anak-anak bangsa.  Ulama sering mengajarkan soal kerukunan dalam hidup dengan orang lain. Hidup bersosial, bermasyarakat dan dalam profesi. 

Ulama terus menerus juga mengingatkan seoal kedamaian yang merupakan hak semua orang. Lepas dari caci maki hujatan dan pertikaian. Ulama punya peran besar dalam menjaga harmoni sebuah bangsa.

Banyak contoh dimasa kini dimana orang tidak lagi menghargai guru dalam hal ini ulama. Mereka sering membully di media sosial dengan sadis. Media sosial memang sangat luar biasa karena nyaris tidak empatif terhadap persoalan.

Orang tidak lagi menghargai ulama dengan sebutan-sebutan sembarangan yang tidak mengindahkan keberadaannya sebagai guru. Kita mungkin bukan santri di pondok pesantren yang harus mengikuti Syekh Azzarnuji tapi apa salahnya kita memperlakukan mereka dengan hormat dan santun.

 Ulama pada hakekatnya adalah guru. Karena dia dekat dengan Allah dan meneruskan keterdekatan itu kepada orang lain. Yaitu muridnya. Karena dia sangat dekat dengan Allah dia mendapat ridha Allah. Dia juga berkorban untuk banyak hal misalnya waktu dan energinya untuk mendapatkan ridha Allah itu. Jadi hormatilah ulama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline