Lihat ke Halaman Asli

Dwi Ardian

Statistisi

Tanggulangin, Surga Kecil di Tengah Stigma Lumpur Lapindo

Diperbarui: 24 Oktober 2018   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: tribunnews.com

Ketika kita mendengar Sidoarjo, maka yang terbayang adalah lumpur Lapindo, terutama bagi kita yang tinggal di luar daerah ini. Keseharian kita mungkin cuma mendengar dan menyaksikan berita tentang lumpur Lapindo yang sudah bertahun-tahun jika membahas Kabupaten Sidoarjo. 

Kita tidak mengetahui bahwa di balik bencana besar lumpur yang menenggelamkan sebagian perkampungan di daerah ini, menyimpan aset yang sangat berharga di sekitarnya. Salah satunya adalah Sentra Industri IKM Tanggulangin.

Tanggulangin terkenal dari dulu dengan hasil industri kecil menengah dari kreativitas mayarakatnya. Meski sempat redup beberapa tahun yang lalu karena krisis dan bencana lumpur, perlahan tapi pasti daerah ini kembali menggeliat, bahkan didukung penuh oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang bersinergi dengan pemerintah daerah. 

Industri mulai dari tas dan koper hingga produk lainnya begitu kaya di daerah ini. Tidak heran jika bisa mengundang begitu banyak permintaan dari dalam maupun dari luar daerah, bahkan luar negeri.

Wisata 3 in 1 Tanggulangin

Konsep wisata 3 in 1 Tanggulangin merupakan kawasan wisata terdiri atas 3 konsep yang dikelola secara terpadu. Tiga konsep tersebut meliputi wisata belanja, wisata budaya dan kuliner, serta wisata edukasi industri. Industri pengolahan di Sidoarjo merupakan salah satu sumber pertumbuhan terbesar pada PDRB dan dari industri pengolahan itu 11.50 persen berasal dari industri berbahan kulit tas dan koper. Tentu saja itu didominasi berasal dari Tanggulangin.

Di Tanggulangin terdapat pusat perbelanjaan industri tas dan koper, orang-orang mengenalnya dengan sebutan INTAKO. Intako ada sejak tahun 1936 dan resmi mendirikan sebuah koperasi pada tahun 1975. 

Intako dikenal dengan sentra belanja tas dan koper yang terbuat dari bahan kulit asli. Intako juga mulai menyediakan produk dari kulit sintetis karena menyesuaikan dengan permintaan. Wistawan lokal dan luar daerah sudah tidak asing lagi dengan Intako, bahkan sudah sampai ke beberapa negeri tetangga.

Dengan keberadaan Intako selanjutnya bermunculanlah industri-industri kecil yang menopang untuk menyediakan supply, tercatat ada sekita 250-an industri tas dari kulit di sekitar Showroom Intako yang berhasil menyerap tenaga kerja yang mencapai sekitar 5.000 orang. Itu baru di sekitar Desa Kedensari. Jika ditotal jumlah industri di Kecamatan Tanggulangin pada tahun 2017 yang tersebar di 19 desa mencapai 3.495 industri rumahan hingga industri kecil menengah (KCA Tanggulangin, 2018).

Wisata budaya dan kuliner tidak kalah bersaing. Industri makanan dan minuman serta tembakau juga bisa ditemukan di beberapa desa. Industri-industri ini bisa menyerap tenaga kerja yang mencapai sekitar 2.000 orang.

Dari sisi edukasi industri. Industi yang begitu berkembang, utamanya industri pengolahan. Hal ini membuat berbagai kalangan melakukan berbagai studi banding untuk mempelajari cara kerja industri di Tanggulangin. Pegiat industri berasal dalam daerah (lokal) maupun luar daerah begitu banyak dating berdatangan. Tidak ketinggalan Kemenperin yang coba mempelajari dan menerapkan di daerah lain proses kerja dari perkembangan industri di Tanggulangin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline