"Perjalanan tanpa rasa sakit? Untuk apa kau hidup? Jika seperti itu lebih baik kau di rumah lalu tidur."
(Edward Elric - Fullmetal Alchemist)
Exceeds explanation!
Yup. Di luar dugaan. Itu kesan pertama yang mampir di benak saya begitu menginjakkan kaki di Pelabuhan Tanjung Api Api (selanjutnya disingkat TAA). Tidak menyesal rasanya langsung meng-iya-kan ajakan seorang teman sejak bulan September 2017 lalu, meski kenyataannya baru terealisasi pada liburan akhir tahun kemarin.
Yah, saya memang butuh kabur sejenak dari Kota Pempek yang kian hari kian panas dan sumpek saja (biang keroknya apalagi kalau bukan proyek LRT yang pengerjaannya dikebut untuk Asian Games 2018).
Nah, tentang TAA ini, saya ingin sekali membuat catatan perjalanannya. Tapi berhubung saya bukan seorang traveller blogger, harap maklumi ya kalau hasilnya betul-betul seadanya
Spontanitas Belaka
Sabtu pagi, sekitar jam 10, teman saya mendadak muncul di pintu kosan (bukaan, dia bukan jin). Memamerkan tampang kucelnya yang penuh jejak-jejak stress oleh kerjaan di kantor, ekspresinya sebelas dua belas dengan saya yang juga lagi bete banget sama... cucian!
"Mau kemana kita?" tanya saya dengan nada awas-lu-kalo-ngajak-gue-ke-mall.
"Berhubung udah jam segini, yang paling terjangkau kaya'nya cuma Tanjung Api Api," jawabnya yang langsung bikin saya excited. Mungkin kalau dia datang lebih pagi, sepertinya kami bakal ke Muara Enim atau Lubuk Linggau sekalian. Pfffttt.