Lihat ke Halaman Asli

PSSI Ingin Naturalisasi Radja Nainggolan?

Diperbarui: 17 Mei 2016   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Radja saat berkostum timnas belgia (sumber wikipedia)

Pecinta sepakbola Indonesia bulan ini sempat terhenyak dengan isu yang dilontarkan Menpora Imam Nahrawi yang ingin merekrut Jose Mourinho sebagai pelatih timnas Indonesia, entah seberapa kadar serius ucapan Menpora kontroversial ini isu tersebut tak hanya jadi guyonan di dalam negeri bahkan media-media luar negeri juga tertarik mengulas wacana yang sulit terealisasi itu.

Tak lama setelah isu tersebut dilemparkan, menpora memang telah mencabut SK pembekuan PSSI yang hampir selama 1,5 tahun membuat timnas mati suri. Pembentukan timnas dengan segera memang harus segera dilakukan untuk mengejar ketertinggalan dari timnas negara-negara tetangga (bahkan saudaramuda, Timor Leset) yang sudah berlari meninggalkan Indonesia.

Katakan selamat tinggal untuk kualifikasi Piala Asia 2019 dan Piala Dunia 2018 karena Timnas Indonesia sudah dicoret, agenda timnas pada tahun ini yang tersisa mungkin hanya Piala AFF 2016 di Myanmar dan Filipina November nanti, itupun mungkin timnas kita terlebih dahulu harus mengikuti babak kualifikasi melawan Kamboja, Laos, Brunei, dan Timor Leste pada bulan Oktober sebelum tampil di kejuaraan utama.

Selain isu pemilihan pelatih timnas, bagaimana membentuk timnas dengan kondisi pemain-pemain lama tak berkompetisi dan tuntutan prestasi dari menpora. Wacana menarik digulirkan salah satu anggota komite eksekutif PSSI Toni Apriliani seperti diberitakan bolaindo.com, untuk meraih prestasi terbaik dengan kondisi tidak normal saat ini salah satu jalannya adalah menambah naturalisasi pemain bintang ke timnas.

“Kita bisa saja memanggil Raja Nainggolan yang penting kita mampu bayar. Atau pemain Maluku yang bermain di klub luar negeri. Tapi ini baru bayangan,” ujar Toni seperti dikutip bolaindo.com (sumber).Radja Nainggolan? Memang pemain AS Roma berayah Batak namun berkewarganegaraan Belgia seperti ibunya ini adalah salah satu pemain berdarah Indonesia yang prestasinya paling moncer di Eropa. Kita bisa membayangkan bagaimana permainan timnas Indonesia dengan adanya Radja di lini tengah. Tapi cukup membayangkan saja, PSSI perlu paham jikapun Radja mau menerima kewarganegaraan Indonesia dia tidak akan bisa bermain untuk timnas di kompetisi resmi. Mengapa karena peraturan FIFA melarang pemain yang pernah membela satu timnas berganti timnas negara lainnya. Sedangkan Radja sudah 18 kali membela timnas Belgia di level senior dan mencetak 4 gol dan besar kemungkinan Radja juga diandalkan timnas Belgia di Euro 2016 nanti, jadi tidak mungkin akan bisa membela timnas Indonesia.

Wacana mendatangkan Mourinho dan Radja untuk timnas mungkin adalah semacam euforia dari para pemangku sepakbola nasional melihat mandeknya prestasi timnas selama ini, tapi ayolah kita boleh bermimpi tapi harus tetap membumi. Naturalisasi bukanlah hal yang haram menurut saya untuk membangkitkan sepakbola nasional. Sebelum Radja sesukses ini, sekitar tahun 2006 dimulai oleh Om Djenol Tanjung yang tinggal di Belanda memberitakan kualitas Radja yang masih bermain di klub kecil Piaenza, beberapa forum sudah mendorong agar Radja segera dinaturalisasi untuk timnas Indonesia, namun rezim Nurdin Halid saat itu entah sedang sibuk minyak gorang atau apa akhirnya setelah sadar Radja sukses PSSI baru menggalakkan naturalisasi secara serampangan, sungguh telat kalau keinginan merekrut Radja muncul saat ini. Ada baiknya belajar dari kasus Radja dan beberapa kasus naturalisasi sia-sia PSSI pemain berdarah Indonesia yang direkrut benar-benar punya potensi misal kiper cadangan Juventus Emil Audero yang berayah asal NTB atau Ezra Walian yang orantuanya berdarah Manado.

Meski begitu kita perlu samasama sepakat, naturalisasi hanyalah solusi jangka pendek, pembinaan usia muda di akar rumput adalah kunci utama untuk membangkitkan kualitas persepakbolaan di Indonesia dalam jangka panjang. PSSI dan pemerintah harus bersama-sama bertanggungjawab memikirkan bagaimana memperbaiki kerusakan selama 1,5 tahun ini karena timnas junior praktis mati suri dan kompetisi usia muda juga nyaris mandek.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline