Lihat ke Halaman Asli

Mina Apratima Nour

:: Pluviophile & Petrichor ::

Mati...

Diperbarui: 9 Desember 2019   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(image: gettyimages.com)


Malam...

Suara burung hantu menghias pekarangan. Bercerita tentang sebuah kepulangan. Meliarkan mozaik kata, melahirkan fontam yang dua. Sayang, ia menafikan renjana pula.

Sejurus kemudian, daksa rebah pada geta peraduan. Kusat mesat atma, merindu asmaraloka yang tiada. Hingga terungku terbuka, liar berlarian membabi-buta. Pun puisi menyusun kata-katanya sendiri. Melahirkan senandika lelungit di jemala.

Biar aku menjelma hening. Sebuah nyenyat dalam tidurmu. Mengerakahi tiap inci tubuh tanpa jeda. Nanti kau terbangun dan teringat, fantom tinggallah bayang, di tempat penitipan jejak kenangan.
.
.
.
Lamat-lamat terdengar ratap tengah malam. Melarungkan sebuah nama dalam doa. Di selipan tawang, di selipan jemari, di selipan bantal-bantal kusam. Begitu hingga arunika menyapa...

Dan ia sadar,
tidak ada cerita jika hanya satu yang bersawala.

Ah, renjana...
Aku ingin tenang,
dan yang kau tawarkan adalah sebuah kehilangan.

Akhirnya sajakku mati, membunuh dirinya sendiri..

- Jakarta, 27 September 2019 -




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline