Lihat ke Halaman Asli

Any Sukamto

Belajar dan belajar

Hobi Harus Mempertaruhkan Nyawa? No Way!

Diperbarui: 13 Juni 2020   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pernahkah kita berpikir bahwa nyawa kita lebih murah dari harga seekor burung?

Inilah yang terjadi pada pria berusia 23 tahun asal Nusa Tenggara Timur, mengejar burung lovebird piaraannya yang lepas hingga nekat memanjat gardu tiang listrik PLN di kawasan Rungkut, Surabaya.

Entah apa yang jadi pertimbangannya, pagi itu nyawanya nyaris melayang demi burung yang harganya tak lebih mahal dari 100 ribu. Belum berhasil burung itu di dapat, ia malah tersengat aliran listrik dan mengalami luka bakar.

Perlu menjadi keprihatinan, ketika hobi justru menjadi sebab awal celaka. Apakah salah dengan hobinya? Tentu tidak!

Namun, yang perlu menjadi pertimbangan adalah melakukan hobi tersebut dengan risiko membahayakan keselamatan diri. Layaknya hobi yang lain, harusnya berdampak positif dan banyak unsur manfaat yang didapat, bukan malah membahayakan.

Demi hobi tetapi tidak berpikir panjang, celakalah yang akan di dapat. Seperti pemuda tadi, mengejar burung hingga menyebabkan nyawanya terancam.

SuaraSurabaya.net

Beruntungnya saat dia tersengat tidak jatuh ke tanah, salah satu kakinya masih tersangkut jadi hanya mengalami luka bakar. Jika saja dia sampai jatuh ke tanah dengan ketinggian lebih dari 4 meter, bisa kita bayangkan apa yang terjadi.

Hobi memelihara burung memang banyak digemari pria, tetapi bukan berarti wanita tidak suka. Saya dulu juga memelihara sepasang lovebird.

Waktu itu masih mahal, sepasang harganya bisa jutaan. Untungnya tidak beli sendiri, dibelikan saudara. Hehe.

Dari yang awalnya sepasang, lovebird yang saya pelihara sempat bertelur dan menetas hingga jadi 3 pasang. Lepas dari sangkar juga pernah, tetapi saya juga tidak serta merta mengejarnya sampai jauh.

Saya hanya mengikhlaskan, jika memang masih rezeki pasti burung itu kembali. Padahal dari menetas sampai bisa makan sendiri saya yang menyuapi, lho, bisa dibayangkan bagaimana sayangnya, seperti merawat anak sendiri kan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline