Lihat ke Halaman Asli

Any Sukamto

Belajar dan belajar

Puisi | Ramadan dan Harapan

Diperbarui: 25 April 2020   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi oleh Pixabay.com

Ramadan telah tiba. Ketika lapar dan dahaga menjadi ibadah berpahala surga. Di saat amarah harus tertahan demi anugerah. 

Aku mulai bebenah menjalankan amanah. Adakah kenikmatan lain yang bisa mengalahkan tersesapnya setetes air di saat Magrib berkumandang? Setelah seharian menunda nafsu, berbuka adalah akhir penantian bagi orang yang berpuasa.

Akankah Ramadan kali ini sama dengan tahun yang lalu? Saat rumah ibadah tak bisa lagi dijamah. Saat tarawih bukan lagi dalih. Dan tadarus ikut tergerus.

Adakah Ramadan kali ini adalah pengabulan doa kami?  Illahi mengangkat penyakit dari muka bumi. Dan mengembalikan lagi kedamaian di negeri ini.

Ramadan, datanglah dengan membawa amanah yang penuh berkah. Hadirkan kesucianmu sebagai pengusir amarah.

Lihatlah kami, yang merindukanmu dari sebelas bulan sebelumnya. Dengarkan kami, yang menunggu dan berharap datangnya ampunan.

Sampaikan dedoa yang kami langitkan. Bahwa kedatanganmu adalah mukjizat bagi kami, pengusir kerisauan hati, sumber cahaya bagi kami.

Illahi Robbi, kabulkan permohonan kami, akan kedamaian di muka bumi. Usai Kau tunjukkan kuasa-Mu dengan makhluk ciptaan-Mu, yang tak tampak oleh mata tetapi dahsyat hancurkan dunia.

Bumi Gedangan, 25 April 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline