Lihat ke Halaman Asli

ANTONIO

Dosen

Pelatihan Promoting Body Positivity, Memahami Citra Tubuh

Diperbarui: 31 Desember 2022   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fenomena yang muncul saat ini yaitu munculnya tindakan body shaming yakni tindakan mengomentari fisik, penampilan, atau citra diri seseorang (Chaplin, 2005). Body shaming yang terjadi pada dunia maya kerap kali terjadi di media sosial seperti instagram. Berdasarkan data dari ZAP Beauty Index 2020, sekitar 62,2% perempuan di Indonesia pernah menjadi korban body shaming selama hidupnya (Rizaty, 2021) . Body shaming atau mengomentari kekurangan fisik orang lain tanpa disadari sering dilakukan orang-orang. 

Meski bukan kontak fisik yang merugikan, namun body shaming sudah termasuk jenis perundungan secara verbal atau lewat kata-kata. Bahkan dalam komunikasi sehari-hari tidak jarang terselip kalimat candaan yang berujung pada body shaming. Perilaku body shaming dapat menjadikan seseorang semakin merasa tidak aman dan tidak nyaman terhadap penampilan fisiknya dan mulai menutup diri baik terhadap lingkungan maupun orang-orang.

Dampak perilaku body shaming ini juga dipengaruhi oleh cara korban memaknai perilaku itu sendiri. Dikemukakan oleh Schutz bahwa dalam kehidupan sehari-hari, individu melakukan interpretasi pada segala sesuatu yang dilihat dan dialaminya guna memberi makna pada tindakannya dan tindakan orang lain (Sobur, 2014). Makna yang diperoleh dikaitkan dengan sesuatu atau objek itu sendiri, yang dirasakan dan disadari oleh seseorang melalui tindakan menerimanya, merasakannya, memikirkannya, mengingat atau memutuskan atas makna yang disembunyikan dalam kesadaran (I’anah, 2018).

Adanya fenomena bodyshaming, masih selalu terjaddi di kalangan masyarakat dan akan memberikan dampak negatif bagi korban karena akan memunculkan sikap negatif pada diri sendiri sehingga menyebabkan minder, selain itu bagi korban juga akan membawa dampak negatif yaotu kurang bisa mengharagai perbedaan antara satu orang dengan orang lain mengenai bentuk fisik. maka dari banyaknya kasus body shaming ini turut memunculkan istilah body positivity, yang merupakan bentuk apresiasi manusia terhadap bentuk tubuh yang dimilikinya serta bagaimana mereka menerima bentuk tubuh dengan apa adanya. 

Istilah tersebut kini menjadi sebuah gerakan sosial yang mendorong agar semua orang memiliki penilaian yang positif mengenai tubuh mereka, menerima bentuk tubuh mereka sendiri dan juga tubuh orang lain tanpa ada pandangan yang menghakimi. 

Untuk memunculkan body positivity di kalangan masyarakat dosen prodi ilmu keolahragaan Antonius tri Wibowo,S.Pd.Kor.,M.Or  dan dosen prodi Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Martaria Rizky Rinaldi, S.Psi.,M.Psi memberikan pelatihan mengenai “Promoting Body Positivity, Memahami citra tubuh positif dari aspek fisik dan mental” yang sudah dilaksanakan pada hari JUmat 21 Oktober 2022 dan diikuti oleh pelajar, mahasiswa, guru dan masyarakat umum berjumlah kurang lebih 50 orang.

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini memberikan pemahaman kepada peserta, baik masyarakat umum, mahasiswa maupun remaja mengenai pemahaman body positivity dan masyarakat perlu untuk selalu membangun body positivity sehingga masyarakat ke depan bisa menghargai orang lain dengan bentuk fisik apapun. Kampanyekan promotion body positivity di dalam masyakat akan menurunkan tingkat body shaming dikalangan masyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline