Lihat ke Halaman Asli

Annie Nugraha

Crafter, Blogger, Photography Enthusiast

Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Destinasi Wisata Alam Hutan Mangrove di Bali

Diperbarui: 3 Mei 2021   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu sudut foto istagenic di TAHURA Ngurah Rai, Bali / dokpri

Rekreasi ke hutan bakau, bagi saya, punya keistimewaan sendiri.  Karena di tempat seperti inilah saya merasakan indahnya kekayaan hayati alam, flora dan fauna, tanpa hiruk pikuk yang mengganggu. Setelah Sriminosari di Labuhan Maringgai - Lampung Timur, kawasan mangrove di Ngurah Rai Bali, meninggalkan kesan tak terlupakan, terutama untuk pewisata yang tidak begitu suka keramaian dan mencintai rekreasi alam tanpa sentuhan modernisasi.

Berada di jalan by pass Ngurah Rai dari dan menuju Bandara Internasional Ngurah Rai, hutan wisata ini dapat dengan mudah kita capai. Jalan aspal pas untuk 2 mobil akan mengiringi kita masuk ke kawasan sekitar 10 menit berkendara.  Area parkir pun ditata sederhana dengan beberapa warung yang dibangun menyatu dengan alam dan kepungan pohon-pohon besar di sekitarnya.

Tiket masuknya tidak mahal.  Cukup 10rb/orang untuk dewasa.  Kalau datang berombongan, minimum 25orang, tiketnya bisa lebih murah lagi.

Di jalan masuk, ada papan informasi mengenai mangrove.  Ada juga bahasan tentang hutan bakau di Indonesia dan di dunia, berikut dengan aneka tumbuhan dan hewan yang biasa hidup menyatu dengan kawasan mangrove.  Nama-nama ilmiah untuk makhluk hidup ini cukup bikin kita mengkerut karena susah banget untuk diingat.  Tapi setidaknya dari papan ini saya tahu bahwa luas TAHURA (Taman Hutan Raya) Ngurah Rai mencapai 1.375 hektar dari 3.000 - 5.000 hektar yang ada di Bali, 4.500.000 hektar di Indonesia, dan 18.000.000 hektar dari seluruh dunia.

Fasilitas dari TAHURA ini selain jalanan kayu sepanjang 1.9km, juga dilengkapi dengan menara pengawas dan floating deck.  Kami melakukan kegiatan photography di salah satu menara pengawas dengan genangan air payau yang cukup luas dan pohon bakau yang tampak tumbuh sangat subur, setelah berjalan masuk kurang lebih 15 menit.

Dari berbagai info yang saya kumpukan, TAHURA memiliki 19 jenis tumbuhan bakau yang terdiri dari 12 jenis mangrove sejati dan 7 jenis asosiasi mangrove.  Yang dominan merupakan jenis Rhizophora Mucronata, Avicennia Marina, Rhizophora Apiculata, dan Sonneratia Alba.

Terdapat sekitar 66 jenis burung yang ditemukan di sini. Kebanyakan merupakan spesies burung air seperti oriental darte, grey heron, little pied cormorant, javan pond heron, intermediate egret, great egret, lesser whistling duck, black-crowned night heron, Eurasian curlew, and kingfisher. Selain dari jenis burung, juga terdapat spesies dari jenis reptil serta amfibi yang sering ditemukan seperti ular bakau, katak, iguana, kadal, kura-kura softshell Asiatik, dan masih banyak lagi.

Sumber: www.kintamani.id

Sepanjang jalan setapak menuju menara pengawas, saya menikmati kokohnya pohon bakau di kanan dan kiri.  Di satu tempat, air tampak kering dan menonjolkan akar bakau yang menyembul ke atas.  Ada juga sekelompok pohon yang kompak tumbuh tinggi menjualang.   Sementara di sisi yang berbeda terlihat ribuan pepohonan yang saling mendorong satu sama lain hingga batangnya banyak yang membelok jatuh ke arah luar batang utama.  Sungguh satu pemandangan luar biasa.

Pijakan kayu di beberapa titik sudah mulai menua.  Tapi jangan ragu buat melangkah.  Karena menurut ilmu perkayuan yang saya dapat dari salah seorang penjaga Mangrove Sriminosari, kayu Ulin, 1 dari 3 jenis kayu pilihan untuk hutan bakau, adalah kayu yang terkenal dengan kekuatannya.  Saya pun jadi merefresh memory, bahwa saya beberapa kali bertemu dengan kayu Ulin, seperti di Bontang Kuala dan Jembatan Panjang di Bontang, Kalimantan Timur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline